Suatu siang aku jalan-jalan kepusat perbelanjaan buat refresing….ya..liat-liat cewek cantik.Begitu aku lagi liat kiri kanan..eee..tak taunya seseorang menubrukku .Wanita ini sepertinya habis
belanja banyak dan tergesa-gesa hingga tak tahunya menubruk orang. Begitu bertabrakan…aku langsung membantu memberesi barang-barangnya yang berserakan.Tak lupa kuucapkan permintaan maafku padanya karena tak sengaja menabraknya….walau sebenarnya dialah yang harus minta maaf padaku. “Maaf ..mbak…nggak sengaja nih…”kataku padanya. “ya…nggak apa-apa lagi….oya..kamu Andy kan….”katanya padaku. “iya..saya Andy….dan mbak siapa ya…kok tahu nama saya” “kamu nggak ingat sama aku ya…teman SMA kamu…yang suka jahilin kamu….”katanya padaku. “siapa ya….eeeee….maaf …Rani ya….SiBunga SMA “ “Tepat sekali ….tapi tadi kok kamu manggilin aku mbak seh…” “Maaf deh….abis aku nggak tau siapa kamu..” “kenapa..lupa ya sama aku….atau emang udah dilupain ya…” “ya..gimana ya..kamu cantik banget ..beda dengan yang dulu..”kataku sedikit memujinya. “ak kamu ….biasa aja kok…”katanya sambil tersipu malu. “oh ya….kita kekafe yuk..buat ngerayain pertemuan kita ini… “ok deh…tapi kamu yang traktir aku ya…abis aku lagi bokek nih”kataku padanya “ya..nggak masalah lagi….” Aku dan rani pergi kekafe langgananya Rani.Sampai disana ..kami memilih meja yang paling pojok.Suasana didalam kafe ini sangat sejuk dan nyaman…membuat orang yang berada didalamnya betah untuk duduk berlama-lama. “Gimana kabar kamu sekarang andy…..udah berkeluarga ya…”tanya rani padaku. “aku seh baik-baik aja….masih sendiri lagi….masih kepengen bebas” “kalau kamu gimana….udah bekeluarga ya….”tanyaku padanya. “aku udah married….udah 3 tahun” “asyik dunk….trus suami kamu mana…kok pergi sendirian ….nggak takut digodain sama lelaki iseng” “ah kamu..biasa aja lagi….laki aku lagi keLN…urusan bisnis katanya” eh…ayo makan..kok didiamin aja nih” kamipun akhirnya menyantap hidangan yang telah tersedia.Habis makan,kami jalan-jalan dan pulang kerumah masing-masing. Beberapa hari kemudian….Rani mengirim SMS keHP ku….isinya mengajak aku untuk main kerumahnya. SMSnya kubalas….dan aku tanyakan dimana alamat rumahnya..Beberapa menit kemudian…Rani membalas SMSku dan menyebutkan alamat rumahnya. Aku berangkat kerumah Rani…sibunga SMA.Tak lama kemudian ..aku sampai didepan rumah mewah.Kubaca kembali alamat yang diberikan oleh Rani dan kucocokkan dengan nomor rumah yang tertera didepan pintu…pass..memang benar ini rumahnya.Kutekan bel yang ada didepanku.Beberapa saat kemudian …pintu pagar terbuka dengan sendirinya.Aku masuk, pintu pagarpun ikut tertutup dengan sendirinya.Aku berjalan menuju teras depan dan Rani telah menungguku disana. “Hii..gimana kabar kamu sekarang….”sapanya padaku. “Baik saja nih….kamu gimana…kok sepi amat seh…pada kemana nih” “iya nih…nggak ada siapa-siapa nih dirumah…jadi kesepian..makanya aku undang kamu kesini ..buat nemenin aku…” “nggak salah nih..ntar suami kamu marah lagi” “ah..nggak apa-apa lagi…. dia lagi diLN sekarang nih…” “yuk ..masuk….kita ngobrol didalam aja deh” Kamipun masuk kedalam rumahnya Rani.Wah….benar-benar mewah nih rumah..semua perabotannya sangat mengagumkan. “mari..silahkan duduk….jangan malu -malu..anggap saja seperti rumah sendiri” “Thank’s….”dan akupun duduk “oya..mau minum apa nih….panas..dingin atau yang hangat..”kata siNyonya rumah. “jadi bingung nih ..milihnya …”kataku padanya. “ya…kalau yang panas…teh sama kopi…trus kalau mau yang dingin..ada soft drink..”balas siRani “trus kalau aku milih yang hangat gimana”tanyaku lagi. “ya…ada deh…”kata rani sedikit genit. “ok deh…kalau gitu..aku minta yang hangat aja deh”kataku coba menggodanya “ah..kamu ini bisa aja….ntar kalau aku kasih kamu nggak susah nanti” “ya..tergantung yang ngasih dunk…” Rani bangkit dari duduknya ….”bentar ya …aku kebelakang dulu” Ia pergi meninggalkanku diruang tamu yang mewah itu.Rani kembali lagi keruang tamu dengan membawa dua gelas jus orange .Dia meletakkannya datas meja. “Lho..tadi katanya yang hangat..kok yang itu seh”kataku padanya. “yang hangat ntar….so pasti aku kasih deh” Akupun duduk kembali. “Ran…rumah kamu bagus banget deh….semuanya kamu punya…so pasti kamu bahagia dong dengan suami kamu….” “ah ..siapa bilang..dari luarnya saja aku keliatan bahagia”katanya mulai serius “memang semuanya aku punya ..tapi khan itu nggak menjamin aku bahagia” “bayangin aja deh ..dalam satu bulan ..palingan suamiku 3 hari ada dirumah” “selebihnya ..ya kesana kemari ..ngurusin bisnis keluarganya yang segudang itu…jadi kamu bisa bayangin deh..betapa aku sangat kesepian..” Rani mulai menceritakan semua keluhan yang ada dalam dirinya. Kucoba memahami setiap jalan ceritanya sambil sesekali mataku nakal melirik bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan sekali.Saat itu,Rani mengenakan kaos yang cukup ketat sekali sehingga mencetak seluruh lekuk tubuhnya yang sangat indah itu.Dibalik kaos ketat lengan pendek itu …sepertinya Rani tak mengenakan Bra…itu terlihat dari tonjolan kecil dipuncak dadanya yang padat dan berisi .Perlahan terasa sesuatu bergerak nakal dari balik celana yang kukenakan. Rani bangkit dari duduknya dan pindah disampingku.Tercium bau harum parfumnya yang sangat mengundang gairah. “Dy..aku kangen banget deh sama kamu….”katanya padaku “oya…”kataku padanya. “iya nih….apalagi sama…….”katanya terputus. “sama apa seh Ran…..” “sama…..sama ini nih….”katanya sambil meletakkan tangannya diatas gundukan batang kejantananku. Kontan saja aku terkejut mendengar penuturannya yang begitu spontan.walau sebenarnya aku juga menginginkannya. Karena tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku,Rani tak memindahkan tangannya dari atas selangkanganku..malah sebaliknya dia mengelus pelan batang kejantananku yang masih tersembunyi dibalik celana panjang yang kukenakan. Perlahan ..mukaku dan muka Rani makin mendekat.Rani memejamkan matanya sambil merekahkan bibirnya padaku.Kukecup bibirnya yang merah itu.Mulutku bermain dimulutnya yang mungil dan seksi .Sesekali lidahku berpilin dengan lidahnya .Rani sangat bergairah sekali menyambut ciuman bibirku dibibirnya. Entot Memek Selingkuhanku Sementara itu tanganku tak tinggal diam.Kucoba meraba dua bukit kembar yang tumbuh didadanya. Begitu hangat ,padat dan berisi Terasa sangat halus sekali kulit dadanya Rani.Dua puncak dadanya yang mulai mengeras tak luput dari remasan tanganku.Dan tangan Rani semakin liar begerilya diatas gundukan batang kejantananku yang mulai mengeras. Rani beranjak dari tempat duduknya .Perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya.Hingga akhirnya tak sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya.Kuperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.Begitu sangat sempurna sekali.Dua gundukan bulat menggantung didadanya .ditambah dengan bukit kecil yang ditumbuhi bulu hitam yang lebat menandakan kalau Rani type wanita haus seks. Rani kembali duduk bersimpuh dihadapanku.Kali ini ia mulai membuka celana panjang yang masih kukenakan.Begitu celanaku terbuka ..nongollah batang kejantananku yang mulai mengeras dibalik celana dalamku.Namun tak berselang lama celana dalamkupun telah terbuka dan tinggallah penisku yang tegak bak torpedo yang siap meluncur. Tangannya yang halus itu mulai membelai batang kejantananku.Lama kelamaan ukurannya makin membesar .Rani mulai menjilat ujung kepala penisku .Mulutnya yang mungil itu menjilati permukaan kulit batang kejantananku hingga sampai kedua buah biji pelerku.Beberapa saat lamanya Rani menikmati batang kejantananku dengam ciuman-ciuman yang sangat menggetarkan persendianku. Sementara kedua tanganku meremasi kepalanya .Hingga sesuatu terasa berdenyut dibatang kejantananku Sesuatu yang ingin muncrat dari ujung kepala penisku.Aku semakin kuat menjambak rambutnya Rani dan menekannya kedalam hingga ujung kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya. “Akhhh..Ran..aku mau keluar nih”erangku padanya Beberapa detik kemudian spermaku tumpah didalam mulutnya Rani.Tanpa merasa jijik sedikitpun Rani menelan setiap tetes spermaku.Dan sambil tersenyum..Rani menjilati sisa- sisa sperma yang masih tersisa dibatang kemaluanku. Beberapa saat kamipun istirahat setelah aku mencapai orgasme yang pertama. .Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh montok. Rani dan merebahkannya diatas sofa yang empuk .Kini tiba saatnya bagiku untuk memulai babak permainan berikutnya.Aku membuka kedua kaki Rani lebar-lebar.Kudekatkan wajahku kepermukaan perutnya yang datar. Dengan penuh nafsu ..aku menjilati setiap permuakaan kulit perutnya yang halus itu.Rani menggelinjang hebat merasakan jilatan bibirku dipermukaan kulit perutnya yang ramping. Rani merasakan dirinya seolah terbang kesorga kenikmatan saat ujung-ujung lidahku mengelitik organ-organ sensitifnya.Ia melupakan sejenak bayangan suaminya yang saat ini sedang berada diluar negri.Baginya ,kenikmatan yang kuberikan padanya tak ada bandingnya dengan limpahan materi yang diberikan oleh suaminya.Desahan…erangan dan jeritan Rani makin menbuatku bersemangat menusuk-nusuk permukaan Vaginanya dengan ujung lidahku. “Sayang….cepet dunk masukin punyamu kememek aku….udah nggak kuat nih”rengeknya padaku. Akupun memenuhi permintaan Rani yang sudah tidak tahan menunggu batang kejantananku yang tegang dan mengeras untuk masuk kedalam vaginanya Rani. Aku memegang batang kejantananku dan mengocoknya sebentar kemudian mengarahkannya kelubang vagina Rani. Aku mulai maju mendorong pantatnya Rani. Beberapa kali kucoba selalu meleset.Mungkin karena ukuran senjataku yang cukup besar hingga sulit untuk menembus lubang vaginanya yang rapet.Namun setelah beberapa kali mencoba,akhirnya batang kejantananku masuk menembus lubang memeknya Rani. Tanpa membuang waktu lagi,kugerakkan pantatku maju mundur menusuk memeknya Rani.Dengan penuh nafsu,Rani menikmati gerakan Penisku yang maju mundur menusuk vaginanya.Desiran dan desahan beriringan keluar dari mulutnya yang mungil itu.Rani mengimbangi gerakanku dengan memaju mundurkan pantatnya yang bahenol itu. Sekitar tiga pulu menit berlalu,Rani merasakan akan mencapai klimaks. Rani mengangkat pantatnya dan menggelinjang hebat.Wajahnya berubah ganas,matanya mendelik saat puncak kenikmatan itu datang.Aku tahu kalau Rani akan mencapai klimaknya.Kupercepat gerakan pantatku menusuk vaginanya sampai akirnya puncak kenikmatanna datang.Rani mendekap erat tubuhku,Vaginanya berkedut-kedut menjepit batang kejantananku.Cairan hangat dan kental merembesi dinding vaginanya.Orgasme yang beruntun telah dialami Rani sibunga SMA. Untuk beberapa saat ..kubiarkan Rani menikmati sisa -sisa orgasmenya ,sebelum kami melanjutkan permainan yang berikutnya.Perlahan Rani bangkit dari tidurnya dan duduk diatas sofa empuk itu.Akupun duduk disampingnya .Tanganku singgah digundukan vagina yang ditumbuhi rambut halus itu.Kubelai perlahan untuk membangkitkan kembali gairah wanita cantik yang ada disampingku ini. Perlahan terdengar desahan lembut dari mulut Rani.Sementara itu mulutku tak lepas dari dua puncak mungil didadanya. Merasa sudah tepat saatnya bagiku untuk menuntaskan permainan ini…kuangkat Rani dan kududukkan ia diatas pahaku.Posisinya kini tepat berada diatas pangkuanku,sehingga dua buah dadanya yang padat membusung tepat berada didepan mulutku.Kugosok-gosok ujung penisku kemulut vaginanya.Kutekan ujung penisku hingga amblas masuk kedalam Vaginanya.Kudiamkan perlahan,kunikmati beberapa saat kontolku bersarang dalam memeknya Rani. Perlahan kugerakkan pantatku naik turun menusuk lubang kemaluannya Rani. Gerakanku makin lama semakin cepat membuat tubuh Rani bergoyang-goyang diatas pangkuanku.Terdengar erangan kenikmatan dari mulut rani.Beberapa kali ia harus memekik kecil tak kala penisku yang makin membesar menyentuh ujung rahimnya.Sementara dua buah gundukan didadanya bergoyang -goyang tak karuan .Kedua tanganku meraih dua gundukan itu dan meremasnya perlahan. Beberapa menit kemudian terasa sesuatu menyesak dalam batang kejantananku.Mungkin tiba saatmya bagiku untuk orgasme.Dengan diiringi desahan panjang secara bersamaan…aku dan Rani mencapai orgasme. Kusemprotkan spermaku yang hangat didalan vagina Rani.Beberapa saat kemudian Ranipun menyusul.Cairan hangat merembesi dinding Vaginanya yang hangat itu.Aku memcabut batang kejantananku dari dalam vaginanya Rani. Dengan cepat Rani jongkok diselangkanagnku dan menjilat sisa-sisa sperma yang masih menempel dipenisku. Sesaat kemudian Rani tersenyum padaku.Senyum penuh kepuasam …yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya tersayang.Aku bangkit dan mengenakan kembali pakaianku.Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam sepuluh malam.Akupun pamit pada Rani. Namun sebelum aku pergi meninggalkam rumah Rani…ia memberikan sesuatu buatku sebagai hadiah.Sebuah Handphone terbaru dan motor besar .Semula aku menolak pemberiannya …namun ia berharap sekali aku menerima pemberiannya itu.Demi menghibur hatinya Rani..kuterima hadiah yang bagiku cukup besar sekali. Kupergi meninggalkan Rani dengan membawa Handphone dan sebuah motor besar.Hadiah yang mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan kenikmatan seks yang kudapatkan hari ini….dan bahkan akan kudapatkan hari-hari berikutnya bersama wanita cantik yang pernah menjadi Bunga SMA.
0 Comments
Ketika Papie menikah lagi dengan gadis bernama Linda yang usianya masih sangat muda itu, Vinnie (adikku) dan Mbak Helen (kakakku) menuduh Papie tidak punya perasaan, menyakiti hati Mamie dan sebagainya. Kedua saudaraku memihak Mamie dan menganggap Papie sebagai ayah tercela. Tapi aku tak mau memihak siapa-siapa. karena Mamie ibuku, tapi Papie juga ayahku.
Linda Mama Tiriku Yang Seksi Aku berusaha tetap netral. Aku pernah dikasih tahu oleh Papie, bahwa lelaki dikodratkan berperilaku poligami. Daripada Papie merusak anak orang atau main dengan pelacur, mendingan papie menikah lagi. Rasanya sah-sah saja Papie menikah lagi. Kalau aku sudah tua kelak, mungkin saja aku juga melakukan hal yang sama seperti Papie. Vinnie dan Mbak Helen tak pernah mau dipertemukan dengan istri muda Papie itu. Tapi aku santai saja, mengikuti kehendak Papie untuk dikenalkan kepada ibu tiriku itu. Di dalam hati, aku malah menganggap Papie hebat karena berhasil mempersunting gadis yang sebaya dengan Mbak Helen itu. Ya, kira-kira istri muda Papie itu berumur 24 tahun. Sedangkan Papie sudah hampir 50 tahun. Sikap netralku membuat Papie senang. Waktu aku sedang berada di dalam mobil Papie, sepulangnya dari rumah istri mudanya, Papie memujiku. Mengatakan aku sudah berjiwa besar wakaupun usiaku masih muda sekali (18 tahun). Papie memintaku sering mendatangi rumah istri mudanya, sebagai pertanda siapnya diriku menerima wanita muda itu sebagai ibuku yang kedua. Mama (demikian aku memanggil istri muda Papie) sebenarnya sangat menyenangkan. Perilakunya senantiasa supel dan berusaha bersikap sebagai seorang ibu. Kalau aku mendatangi rumahnya, ia selalu menyuguhkan makanan yang enak-enak untukku. Setiap kali aku mau pulang, ia selalu membekaliku uang jajan yang lumayan besar. Jauh lebih besar daripada uang jajan yang biasa kuterima dari Mamie. Mungkin uang pemberian Mama itu berasal dari Papie juga. Tapi kalau Mama Linda tidak baik hati, toh aku takkan dapat uang jajan darinya. Papie pun jadi berubah. Setelah menyadari bahwa aku bisa berbaik-baik dengan istri mudanya, Papie jadi sering ngasih duit jajan di belakang Mamie dan saudara-saudaraku. Apakah aku termasuk orang yang mengail di air keruh atau mencari kesempatan dalam kesempitan? Tidak. Aku tak pernah minta duit kepada Papie dan istri mudanya. Semuanya kuperoleh tanpa kuminta. Dan semuanya itu tak pernah kulaporkan kepada Mamie dan saudara-saudaraku. Semuanya itu seolah jadi rahasiaku dengan Papie dan istri mudanya.Dari hari ke hari hubunganku dengan Mama Linda semakin baik. Ia mulai sering memintaku mengantarnya belanja ke mall-mall dan bahkan ke rumah orang tuanya. Pada mulanya semua itu kuanggap wajar-wajar saja. Tapi kenapa diam-diam di dalam jiwaku terjadi semacam evolusi yang makin lama makin dominan? Kenapa aku makin sering membayangkan yang aneh-aneh waktu sedang membonceng Mama Linda di motorku? Mungkin dia tidak merasakan sesuatu yang aneh, tiap kali kubonceng di motorku, santai saja “ngedeplok” di boncengan sambil memelukku dari belakang. Padahal perasaanku mulai tak menentu waktu kurasakan ada yang empuk-empuk mengganjal di punggungku. Wajarkah kalau aku lalu membayangkan sesuatu yang tak patut singgah dalam jiwaku? Pada satu saat ia mengajakku makan di foodcourt sebuah mall. Selesai makan ia menyuruhku menunggu sebentar, “Mau beli baju tidur dulu,” katanya. Aku mengangguk sambil meneguk orange juiceku yang belum habis. Setelah ia berlalu, aku dikejutkan oleh teguran dari belakangku, “Lu sudah punya cewek cantik rupanya ya?” Aku menoleh. Ternyata Deky, teman kuliahku. “Cewek mana?” tanyaku. “Yang tadi bareng duduk di sini, yang pake blouse putih celana jeans,” kata Deky. “Gila, itu mama gua!” seruku sambil menonjok perut Deky perlahan. “Ah, masa sih mama lu segitu mudanya?!” “My Dad’s second wife, you know?” “Oooo…begitu toh. Gawat dong. Lama-lama bisa kecantol sama lu. Cocoknya dia jadi cewek lu.” “Sialan lu ah!” kutonjok lagi perut Deky. “Hahahaaa…” tawa Deky tergerai, “Just a joke, Hen. Jangan ngambek ah.” Aku cuma nyengir kuda. Tapi setelah Deky berlalu, aku tercenung sendiri. Kata-kata Deky tadi sugestif banget rasanya. Tak lama kemudian Mama muncul dengan kantong plastik dijinjing di tangan kanan kirinya. “Yang ini buat kamu Hen,” kata Mama sambil memberikan salah satu kantong plastik itu. “Apa ini Mam?” tanyaku sambil melihat isi kantong plastik itu. Ternyata sehelai jacket kulit! Pasti mahal harganya. “Kamu kan pake motor tiap hari. Biar nggak masuk angin, pake jacket itu,” kata Mama dengan senyum lembut. “Makasih Mam,” sambutku, “Mama baik sekali…” Aku lalu teringat Mamie. Rasanya perhatian Mamie, ibu kandungku, tidak sebanyak ibu tiriku. Terasa banyak sekali pemberian Mama setelah aku sering bareng dengannya. Namun hari demi hari yang kulewati terasa menayangkan khayalan-khayalan aneh terus. Apakah khayalan-khayalan yang merajalela di diriku ini muncul dari otak kotor, ataukah memang situasinya yang memaksaku untuk berkhayal seperti itu? Ya…aku jadi merasa senang jika berdekatan dengan ibu tiriku yang terlalu muda itu (hanya beda 6 tahun denganku). Sudut mataku mulai sering memperhatikan kecantikan wajah dan kebahenolan tubuhnya. Wajahnya mirip penyiar (tak usah kusebut namanya) yang kuanggap paling cantik di TVRI pusat. Kulitnya kuning cemerlang. Tubuhnya tinggi berisi. Pinggangnya kecil, tapi toket dan pinggulnya besar. Pokoknya dia typeku. Tapi dia milik Papie! Papie yang sangat menyayangiku! Apakah aku tergolong anak durhaka kalau menyukai milik ayah tercintaku? Dan pada suatu malam aku bermimpi memalukan. Mimpi bersetubuh dengan ibu tiriku. Rasanya nikmat sekali. Dan esok paginya terasa celanaku basah! Aku malu sendiri kalau ingat semuanya itu. Kejadian itu membuatku bertanya-tanya di dalam hati, apakah jiwaku sudah demikian parahnya sehingga aku sampai bermimpikan yang seperti itu? Kalau Mama tau aku sudah bermimpi seperti itu, apakah dia akan marah dan merasa jijik berdekatan denganku?Entahlah. Yang jelas sikapku tetap sopan kepada ibu tiriku. Bahkan lebih sopan daripada sikapku kepada Mamie. Namun…andai Mama tahu pikiran di balik sikap sopanku ini…ah, entah apa jadinya. Hari demi hari kujalani terus tanpa kejadian yang berarti, kecuali khayalanku ini tetap saja tak mau ditindas. Tetap saja bergeliang geliut di dalam batinku. Sampai pada suatu hari, Mama menelepon ke hpku. Biasa, minta diantar belanja ke mall. Aku langsung mengiyakan, karena aku pas mau pulang dari kampus. Tapi aku pulang ke rumah dulu. Mandi sebersih mungkin. Lalu bilang ke Mamie “Mau ke rumah teman.” Yang dijawab dengan anggukan Mamie. Tiba di rumah istri muda Papie, kudapati pintu depan tidak dikunci. Seperti biasa, aku masuk saja ke dalam. Terdengar suara orang mandi. Terdengar juga suara Mama berseru dari dalam kamar mandi, “Siapa itu? Hendri?!” “Iya Mam,” sahutku keras juga supaya terdengar ke dalam kamar mandi. “Tunggu sebentar ya. Mama mandi dulu!” “Iya Mam!” seruku sambil duduk di sofa ruang keluarga. Tak lama kemudian kulihat dia keluar dari kamar mandi. Sehelai kimono sutra putih bercorak kembang merah muda membungkus tubuh mulusnya. Kepalanya dibalut dengan handuk, mungkin karena habis keramas. “Sangkain nggak secepat ini kamu datang Hen,” katanya sambil melangkah menuju pintu kamarnya. Seperti dihipnotis, aku bangkit. Memperhatikan cantiknya ibu tiriku meski cuma mengenakan kimono. Tak sadar aku memandangnya terlalu lama dan seperti tak berkedip. “Kenapa Hen?” ia tertegun menatapku. “Ng…nggak…cuman mau bilang….Mama cantik sekali pake kimono itu…” sahutku terlontar begitu saja. Rasanya baru sekali itu aku terang-terangan memuji kecantikannya. “Masa sih?!” dia malah menghampiriku, “cantik mana sama pacar kamu?” “Saya belum punya pacar, Mam,” sahutku grogi karena ia memegang pergelangan tangan kiriku. “Masa sih cowok setampan kamu belum punya pacar?!” Mama mencubit pipiku, lalu melangkah ke arah kamarnya. Meninggalkan diriku dalam sejuta kembang harapan. Benarkah aku tampan di matanya? Ataukah ia cuma ingin menyenangkan hatiku saja? Aku terduduk di sofa. Lagi-lagi benakku digeluti pikiran tak menentu. Dan tiba-tiba kudengar suara Mama memanggilku dari dalam kamarnya. “Ya Mam…” aku menghampiri pintu kamar Mama yang tidak tertutup rapat, lalu kuberanikan diri membukanya dan berdiri di ambang pintu itu. Kulihat ia duduk di kursi depan meja rias, tangan kirinya memegang gaun terusan, tangan kanannya memegang celana jeans dan t-shirt biru muda. “Masuk aja Hen,” katanya datar seperti tiada sesuatu yang tak wajar (seperti seorang ibu menyuruh anaknya masuk ke kamarnya), padahal aku mulai tergiur melihat pahanya yang begitu mulus tersembul dari belahan kimononya, “Mending pake celana jeans ini apa mending pake gaun ini Hen?” Mendengar undangannya, aku masuk ke dalam. “Dua-duanya bagus. Tapi Mama kan mau dibonceng di motor saya. Mungkin kalau pake gaun malah ribet. Duduknya harus miring,” kataku sambil duduk di pinggiran tempat tidurnya. “Iya ya,” ia mengangguk-angguk sambil tersenyum manis, “minta mobil dong sama Papie, biar kalau ikut kamu bisa pake gaun.” “Mama aja yang minta, biar saya yang nyetir nanti. Kalau saya dikasih mobil, huuhh…Mbak Helen sama Vinnie pasti ngiri.” “Nggak enak Hen. Nanti disangkanya mama cewek matre. Mmm…kamu nggak ada acara apa-apa sore ini?” “Nggak ada. Pulang malem juga nggak apa-apa. Mau ngajak nonton bioskop Mam?” Memek Mama Tiriku “Nggak ah. Mau nonton sih puter DVD aja di sini, ngapain jauh-jauh ke bioskop? Eh…Papie mau seminggu di luar kotanya ya?” “Katanya sih begitu,” kataku yang lalu teringat bahwa Papie baru berangkat tadi pagi, mau ngurus bisnisnya di Jateng. “Mmm…mama pake ini aja Hen?” tanyanya sambil mengangkat celana jeans dan t-shirt biru mudanya. “Iya Mam. Kalau nggak takut diketawain sih mending pake kimono itu aja. Dengan kimono itu Mama kelihatan seksi banget. Eh…maaf Mam…” Aku merasa kelepasan bicara, mengucapkan kata “seksi” segala. Tapi dia tidak marah. Dia malah meletakkan gaun dan celana jeans dan t-shirt biru mudanya di meja rias. Lalu menghampiriku sambil merentangkan kedua lengannya….dengan senyum mengundang di bibirnya. Aku jadi bingung, mau apa dia dengan sikap seperti itu? “Bener mama ini cantik Hen?” tanyanya dengan suara hampir tak terdengar. “Sumpah!” aku mengangkat dua jari kananku, “Mama bener-bener cantik. Papie hebat bisa dapetin Mama.” “Kamu bisa aja muji-muji. Coba cium Mama, mau nggak?” Aku tidak tahu apa sebenarnya tujuan ibu tiriku ini. Namun jelas, bibir tipis mungil itu sedang menghampiri bibirku. Lalu entah bagaimana mulainya, tahu-tahu aku sudah terlentang dihimpit Mama yang telungkup di atas tubuhku. Aku juga tidak tahu bagaimana mulainya, tahu-tahu bibirku sudah saling lumat dengan bibir ibu tiriku yang cantik dan bahenol itu. Apakah dia juga membutuhkanku seperti aku yang terus-terusan melamunkannya? Entahlah. Yang jelas Mama ciuman dan lumatan Mama terasa begini hangatnya, membuatku jadi tak mau cepat-cepat melepaskan pertemuan lidah dan dua pasang bibir . Bahkan kemudian kutemukan kenyataan baru. Bahwa dekapanku di pinggang Mama membuat kimono itu tertarik sedikit demi sedikit. Dan waktu tanganku turun, kusentuh buah pinggul yang besar dan kencang. Telapak tanganku bersentuhan langsung dengan kulit buah pinggul Mama. Masih waktu saling lumat, tanganku diam-diam menjelajah. Lalu kutemukan suatu kenyataan edan, yang membuat jantung berdegup kencang, yang membuat darahku berdesir-desir….ooh….istri muda Papie ini tidak mengenakan celana dalam! Ya, tanganku tidak menemukan celana dalam. Apakah ini suatu kebetulan, ataukah memang sudah dipersiapkan? Jangan berpikir terlalu jauh dulu. Bukankah Mama baru habis mandi? Wajar saja kalau ia belum mengenakan celana dalam di balik kimononya. Tapi…mengelus dan meremas buah pinggul Mama tanpa batasan sehelai benang pun ini, membuat jantungku berdegup kencang. Nafasku pun jadi tak beraturan lagi. Terlebih ketika Mama berguling sambil mendekapku, sehingga tubuhku jadi di atas tubuhnya. Dan…belahan kimono di bagian dadanya terbuka, sehingga toket montoknya terbuka. Ternyata payudara montok dengan puting kemerahan menantang itu tidak mengenakan beha! Tidak ada apa-apa lagi di balik kimono itu selain tubuh Mama yang harum dan padat dan hangat itu! Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lumatanku pindah, dari bibir Mama ke lehernya. Kujilati lehernya dengan penuh nafsu, sehingga ia menggeliat-geliat. Lalu mulutku turun ke bagian dada yang terbuka itu. Kukecup puting buah dada yang menantang itu, selanjutnya bukan cuma kukecup melainkan juga kukulum dan kusedot-sedot, sementara ujung lidahku bergerak-gerak menjilati pentil tetek yang ranum itu. Lalu terdengar suara Mama di antara deru nafasnya yang memburu, “Hen…mama jadi pengen…” “Saya juga pengen,” sahutku yang tengah asyik menjilati puting payudara Mama, “boleh Mam?” Lalu kudengar suara Mama di puncak kepasrahannya, “Iya Hen…lakukanlah…malam ini sekujur tubuh mama jadi milikmu, Hen…” Mama mengakhiri ucapannya dengan pelepasan ikatan tali kimononya. Maka tampaklah sebentuk tubuh yang mulus dan sempurna di mataku. Meski kimononya belum dilepas total, bagian depan tubuh Mama sudah sepenuhnya terbuka. “Tubuh Mama mulus sekali,” gumamku sambil mengelus perut Mama. Mama cuma tersenyum manis.Aku tak mau berbasa-basi dan buang-buang waktu lagi. Kuciumi leher Mama yang hangat…ciumanku lalu menjadi jilatan penuh gairah…jilatan pun tak diam di leher Mama. Jilatanku mulai membasahi buah dada Mama….pusar perutnya juga…lalu menurun lagi ke arah selangkangannya…wow, bulu kemaluan Mama lebat sekali! Aku suka! Dan lidahku mulai menyibakkan jembut Mama, sehingga kemaluannya mulai tampak jelas…jelas sekali. Lalu dengan ganas kuciumi kemaluan Mama dengan penuh nafsu. Tiada bau sedikit pun. Mungkin Mama selalu menjaga vaginanya agar tetap hygienis. Apalagi tadi dia kan baru mandi. Mama merentangkan kedua pahanya, sehingga aku makin rakus menjilati vaginanya.Mama menggeliat-geliat sambil mengelus rambutku diiringi elahan nafasnya yang memburu dan rintihan-rintihan histerisnya yang semakin merangsang nafsu birahiku. “Mulai aja Hen…mama udah gak tahan nih…” pinta Mama pada satu saat. “Iya Mam,” kataku bernada anak yang patuh. Sambil bertekuk lutut di antara kedua kaki Mama, kulepaskan kaus dan celana jeansku. Mama memperhatikanku dengan senyum yang…ah…manis sekali senyum itu. Lalu kulepaskan CDku. Mama melotot, seperti tak mau berkedip waktu pandangannya terarah ke batang kemaluanku yang sudah sangat ngaceng ini. “Hen…pe…penismu kok besar sekali? Jauh lebih besar daripada punya Papie….!” Mama bangkit dan memegang batang kemaluanku, terasa gemetaran tangan Mama saat itu. Aku cuma menanggapinya dengan senyum, sambil menanggalkan kimononya yang sudah hampir terlepas dari tubuh sempulur itu. “Gak salah ni Hen?” Mama mengelus-eluskan penisku ke pipinya, “Punya anaknya malah jauh lebih gede dan panjang daripada punya ayahnya?!” “Kenapa Mam? Takut?” bisikku sambil mendorong dadanya dengan lembut, lalu menghimpitnya setelah ia terlentang merangsang. Mama memelukku dengan sikap gemas, “Iya takut. Takut ketagihan, sayang,” bisiknya sambil mencubit hidungku. “Mama tau gak? Beberapa hari yang lalu saya sampai mimpi beginian sama Mama…sampai basah Mam…” kataku sambil mengelus buah dada Mama yang benar-benar terawat, benar-benar masih kencang. “Masa?!” Mama menatapku dengan mata bergoyang indah, “Tapi mama emang sudah nyangka, kamu punya perhatian khusus sama mama. Dan mama juga sebenarnya…yah… terus terang saja mama juga sering melamunkan kesempatan seperti ini.” Mama memegang leher penisku, mengatur posisinya sedemikian rupa sehingga terasa puncak penisku sudah bertempelan dengan mulut vagina Mama yang sudah kubikin basah tadi.Tanpa menunggu komando lagi kudorong penisku kuat-kuat, sehingga Mama menyeringai dan merintih, “Sedikit-sedikit dulu sayang….jangan disekaliguskan….” Aku mengerti apa yang Mama maksudkan, karena di kampus aku sering bertukar pikiran dengan teman-teman yang sudah berpengalaman dalam soal sex. Maka sambil menekan penisku, aku pun berusaha memompakannya sedikit demi sedikit. Gerakan yang tidak terlalu dipaksakan ini penting, kata temanku, supaya perempuannya tidak kesakitan.Dan…makin lama penisku makin jauh bergerak-gerak di dalam vagina ibu tiriku. “Duuuh….sudah masuk semua sayang….duuuh…punyamu kok panjang gede gini…ooooh…..enak sekali, Hen….hsssshhhhh…..ooooh……iya Hen….terus Hen….terus sayang….adududuuuuhhhhhh…..punya kamu kok enak sekali sayang….” Mama tak henti-hentinya menyeracau ketika aku mulai gencar mengenjot liang memeknya yang…ah… enaknya sulit dilukiskan dengan kata-kata.Aku pernah bersenggama dengan Mbak Suzan yang dahulu kost di rumahku. Tapi rasanya tidak senikmat dengan Mama ini. Mungkin karena jepitan liang vagina Mama terasa sekali waktu bergesekan dengan penisku. Bahkan nikmatnya semakin menggila ketika pantat Mama mulai bergoyang-goyang erotis…benar-benar membuatku edan eling dalam dekapan hangatnya. Tapi berbeda dengan Mama yang erangan histerisnya tiada henti-henti, aku cuma berdengus-dengus seperti kerbau sedang disembelih. Terkadang suara kami hilang, karena kami sedang berciuman, tepatnya sedang saling lumat. Ludah kami sudah bertukar-tukar, tanpa merasa jijik sedikit pun. Sementara tanganku asyik meremas sepasang payudara Mama, terkadang kuselomoti, kujilati dan kuhisap-hisap juga. Dalam keadan senikmat ini aku benar-benar lupa daratan. Tak peduli lagi bertukar air ludah dengan Mama, bahkan terkadang lidahku menjilati leher Mama yang mulai keringatan dan menjilati ketiak Mama tanpa merasa ragu sedikit pun. Semua itu justru membuat Mama makin merem-melek, rintihan histerisnya pun makin menjadi-jadi. Bahkan suatu saat kudengar suara Mama terengah-engah, “Heeen….oooo…oooh…mama sudah mau keluar, sayang……cepatkan enjotannya….oooh….penismu luar biasa enaknya sayang…..aaaah….mama pasti ketagihan nanti…….ooooh….mama keluar Heeeeeennnnn…hssssshhhhhhhhhhhhhh……..” Mama berkelojotan dalam himpitanku, lalu terasa liang vaginanya mengejut-ngejut, nikmat sekali merasakan Mama sedang orgasme. Liang vaginanya terasa jadi becek. Tapi beceknya ini justru yang kurasakan nikmat sekali. Karena itu berarti bahwa Mama sudah mencapai kepuasan pertama akibat enjotan kontolku. Maka kucium lagi bibirnya dengan mesra sambil membiarkan batang kemaluanku terdiam di dalam liang surgawi Mama. Apakah karena persetubuhanku dengan Mama terjadi di usia yang sudah tergolong baligh, atau karena Mama lebih cantik daripada Mbak Suzan, entahlah. Yang jelas, ketika Mama sedang mencapai orgasme, ciuman kami terasa mesra sekali. Seperti sepasang manusia yang saling mencintai. Setelah terasa Mama sudah selesai orgasmenya, aku mulai lagi mengayun batang kemaluanku sambil berbisik, “Mama…duh…memek Mama kok enak sekali sih?” “Kamu juga Hen…mama nggak nyangka bisa mendapatkan kepuasan yang luar biasa begini. Kalau besok-besok mama ketagihan gimana ayo?” Mama membuka matanya dan tersenyum manis…senyum seorang wanita yang telah dipuasi hasrat seksualnya. ”Gampang Mam. Tinggal SMS aja, saya pasti datang.” “Bener nih? Janji ya!” “Janji Mam. Malah mungkin tanpa dipanggil pun saya akan datang kalau lagi kepengen.” Lalu ia terdiam. Mungkin karena sedang merasakan nikmatnya enjotan penisku yang belum ejakulasi ini. “Gantian yuk, sekarang kamu di bawah, tapi kontol kamu jangan sampai lepas dari memek mama,” kata Mama sambil mengajak berguling ke kiri, sampai posisiku jadi di bawah sementara Mama jadi di atas. Kontolku memang diupayakan jangan sampai tercabut dari dalam memek Mama.Selanjutnya Mama yang bergerak aktif, menaikturunkan pantatnya, sehingga jepitan liang memeknya terasa membesot-besot batang kemaluanku. Dalam posisi seperti ini tanganku jadi bebas meremas-remas buah pinggul Mama. Terdengar lagi Mama merengek-rengek histeris dan erotis. Dan ayunan pantatnya semakin gencar, sehingga pergesekan liang memeknya dengan kontolku menimbulkan bunyi khas, kcprak…kcprrek…kcprruk…kcprakkk….wow, nikmatnya! Cukup lama kami melakukan semuanya ini, sampai keringatku membanjiri tubuhku dan tubuh Mama…dan akhirnya kudengar Mama berdesah, “Hssssh….aaaah….mama mau keluar lagi Hen…” “Sa…saya juga mau keluar,” sahutku yang memang tak kuat lagi mempertahankan kenikmatan ini. “Ayo kita barengin keluarnya, biar nikmat…” ajak Mama sambil mempergila ayunan pantatnya, sehingga kontolku terasa dipilin-pilin oleh liang memek Mama. “Dududuhh…Mama….ini enak sekali Mam….duduuuuhhh….aaaaah…..” cetusku terlontar begitu saja ketika hampir tiba di puncak kenikmatanku. “He…eh…Hen…mama juga belum pernah ngerasa seenak ini….ooooh…Heeen….mama udah sampai….” Mama berkelojotan di atas tubuhku sambil meremas-remas rambutku. Pada saat yang sama aku pun berdengus sambil mencengkram punggung Mama kuat-kuat. Lalu kurasakan penisku memancarkan air mani berkali-kali …creeet….croooot…. creeet…. creeet….entah berapa kali penisku mengejut-ngejut di dalam liang memek Mama.Mama mencium bibirku, lalu berbisik, “Terima kasih sayang…enak sekali.” “Saya yang harus bilang terima kasih. Barusan fantastis sekali…” kataku sambil membiarkan Mama tetap berada di atas tubuhku, membiarkan liang memeknya tetap “mengepal” batang kemaluanku. “Kamu pernah beginian sama cewek lain?” tanya Mama tiba-tiba. “Belum pernah,” sahutku berdusta. Padahal aku sudah sering melakukannya dengan Mbak Suzan dahulu. “Tapi kamu kuat bertahan,” kata Mama dengan tatapan penuh selidik, “biasanya kalau pertama kalinya sebentar juga udah meletus.” Aku bingung menjawabnya. Tapi tiba-tiba saja aku mendapat akal. Lalu kataku, “Kalau onani saya sering melakukannya, Mam. Sejak masih di SMA saya suka onani, kan nggak apa-apa?!” “O pantesan…yayaya…daripada main sama pelacur, mendingan juga dikocok sendiri, biar jangan ketularan penyakit kotor. Apalagi zaman sekarang ada HIV-AIDS…gak ada obatnya…kalau sudah ketularan, tinggal nunggu kematian aja.” Mama bergerak menarik liang memeknya sampai kontolku terlepas dari cengkeraman liang surgawi itu. “Belanjanya jadi Mam?” tanyaku sambil memperhatikan memek Mama yang baru saja membuatku nikmat setengah mati. Tampak air maniku meleleh ke arah anusnya. “Nggak ah. Lemes…gila…memek mama seperti jebol saking gede dan panjangnya punya kamu Hen…” kata Mama sambil mengambil handuk kecil dari lemarinya, lalu mengelap memeknya. Setelah itu Mama menghampiriku. Dengan senyum manis Mama mengelap batang kemaluanku yang berlepotan air maniku bercampur lendir memek Mama. Tapi perlakuan Mama yang dengan telaten mengelap batang kemaluanku, justru membangkitkan lagi nafsu birahiku. Ketika Mama merebahkan diri di sisiku, dalam keadaan masih telanjang, aku bangkit, duduk bersila sambil mengelus perut dan buah dada Mama yang montok merangsang itu. Dan ketika kuelus memeknya yang berbulu lebat itu, Mama diam saja. Mama tidak tahu bahwa penisku sudah ereksi lagi.Lalu dengan hati-hati aku merangkak ke atas tubuh Mama, sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi dan kuarahkan ke memek Mama. Mama tercengang setelah menyadari hal ini, “Kamu sudah mau lagi?” “Iya Mam…kesempatan yang langka ini tidak akan saya sia-siakan,” sahutku sambil menempelkan puncak kontolku pada arah yang tepat, “Nggak apa-apa kan Mam?” “Lakukan apa pun yang bisa bikin kamu puas. Kan mama sayang kamu,” kata Mama sambil memegang leher penisku dan membantu mengarahkannya pada sasaran yang tepat. Aku bermaksud mendesakkan penisku yang terasa sudah tepat letaknya. Tapi tiba-tiba Mama bertanya, “Mau coba posisi doggy?” “Boleh,” sahutku patuh. Kemudian Mama merangkak, lututnya menahan tubuhnya, sepasang siku tangannya juga menekan kasur, sementara pantatnya ditunggingkan ke atas, sehingga liang anusnya tampak lebih jelas di mataku. Tapi sasaranku adalah lubang di bawah anus itu. Lubang yang dirimbuni rambut lebat dan keriting itu. Sambil berlutut di kasur, tepat di belakang pantat Mama, aku mencolek-colek sebentar, mencari lubang surgawi yang akan kucoblos itu. Ketemu dengan mudah. Lalu puncak zakarku kuletakkan di mulut memek Mama. Dengan tangan kirinya Mama membantu memegang penisku, sehingga aku tinggal mendorong saja sambil berpegangan ke pinggang Mama. Blesss…. batang penisku mulai membenam…kutarik dulu sedikit, lalu kubenamkan lagi. Ya, aku mulai lagi mengentot Mama sambil berlutut di belakang pantatnya. Tanganku berpegangan ke pinggang Mama. Tapi tangan kiriku ditarik oleh tangan kiri Mama, lalu jari tengahku dipegang oleh Mama dan dieluskan ke kelentitnya. Aku mengerti maksud Mama. Bahwa sambil memompakan penisku, jari tangan kiriku harus mengelus-elus clitoris Mama. Dengan suka hati kulakukan keinginan ibu tiriku yang jelita itu. “E…enak Hen?” tanya Mama dengan suara tersendat. “Enak Mam. Fantastis…hhhh….” sahutku terengah juga karena sedang berlutut sambil mengentot Mama dan mengelus-elus kelentitnya. Terkadang tanganku menjelajah, berusaha menjamah sejauh mungkin. Sambil membungkuk aku berhasil menjangkau payudara Mama, lalu meremas-remasnya dengan gerakan penis makin gencar….maju mundur…maju mundur….sehingga terdengar lagi bunyi kecipak-kecipak yang lucu itu….crrreeeekkkk….crroookkkk….creeekhhh… crokkkk…diiringi erangan-erangan histeris ibu tiriku….Heeen….oooh…Heeenn….iya Heen…ini enak sekali sayang….oooohhh…ooohhh….Heeennnnn….oooohhh ….Heeen… Aku pun mulai berdengus-dengus. Terkadang lututku gemetaran karena sulit menahan nikmatnya ngentot istri muda ayahku ini. Tapi hanya belasan menit Mama bisa bertahan dalam posisi seperti ini. Lalu ia mengejang lagi di puncak orgasmenya. Ia ambruk telungkup, sehingga penisku terlepas dari genggaman liang surgawinya. Lalu ia telentang sambil merentangkan kedua kakinya. Aku mengerti bahwa ia mempersilakanku melanjutkan dengan posisi biasa. Maka sambil merangkak ke atas tubuhnya, kupegang penisku dan kutempelkan lagi ke mulut vaginanya. Kemudian kudesakkan lagi penisku….blessss….agak mudah penisku membenam ke dalam liang memek Mama, karena masih basah dengan lendirnya sendiri. Aku mulai lagi mengayun batang kemaluanku, dorong tarik, dorong tarik…. Enaknya Ngentot Memek Mama Tiriku Mama mendekapku lagi dengan hangat. Bahkan sempat berbisik, “Ukuran punyamu terlalu besar, sayang. Mama nggak tahan lama-lama….” “Jangan terlalu dipaksakan,” sahutku, “kalau Mama pengen istirahat dulu, istirahat aja.” “Hush…bukan pengen istirahat, sayang. Maksud mama, nggak kuat lama-lama nahan orgasme. Nih…sebentar juga pasti orga lagi….aaaah…..gak nyangka punyamu malah lebih jangkung gede daripada punya ayahmu….” “Saya juga nggak nyangka kalau mimpi itu akan menjadi kenyataan….aaaah….” “Mimpinya gimana Hen?” tanya Mama sambil mengelus-elus rambutku. “Dalam mimpi itu, Mama lagi mandi, saya masuk ke kamar mandi yang tidak terkunci…” “Terus?” “Saya….saya perkosa Mama….Mama jerit-jerit, tapi saya nggak peduli…tahu-tahu celana saya basah…” “Ternyata mama nggak perlu diperkosa kan?” bisik Mama sambil menggelitik pinggangku, “kalau kamu lagi kepengen, minta aja terang-terangan…asal jangan ketahuan Papie aja…” Mendengar kata “Papie”, batinku serasa terhempas. Oh, Papie…maafkan anakmu ini…ampuni aku Papie….aku sedang mencuri milik Papie yang sangat berharga ini….! Ada rasa bersalah di hatiku. Tapi aku tak menghentikan enjotanku. Malah makin gencar kugeser-geserkan batang kemaluanku yang sedang dicengkram oleh liang surgawi ibu tiriku.Mama pun merintih-rintih histeris lagi. Bahkan terdengar suaranya setengah meraung. Sehingga terpaksa kusumpal mulutnya dengan ciuman dan lumatan, supaya suaranya tidak terdengar ke luar. Kedua tanganku juga tak mau diam. Di tengah persetubuhan yang sangat bergairah itu aku masih sempat menjelajahkan tanganku untuk meremas-remas paha Mama yang sering terangkat ke atas. Sampai akhirnya kurasakan goyangan pantat Mama mulai menggila, meliuk-liuk edan….lebih erotis daripada penari perut dari Timur Tengah. Ini membuatku seperti ditarik ke puncak kenikmatan yang luar biasa. Ya, sudah ada tanda-tanda bahwa aku akan mencapai titik ejakulasi. “Saya mau keluar Mam….” bisikku terengah. “Mama juga mau orga, sayang….oooh….kita barengin lagi keluarnya yuk…..” “I…iya Mam…..” Lalu terjadi lagi pencapaian puncak kenikmatan kami secara bersamaan. Terasa lagi Mama mencengkram bahuku, malah terasa mencakar-cakar, justru pada saat aku sedang mendesakkan batang kemaluanku sekuat-kuatnya. Bhlaaaaaarrrrrrr……! Meletuslah lahar kenikmatanku, menyembur-nyembur di dalam liang memek Mama yang terasa menyambut dengan kedutan-kedutan misterius. O, nikmatnya persetubuhan ini….sulit kulukiskan dengan kata-kata. “Kayaknya saya akan ketagihan nih,” kataku setelah rebah di sisi Mama dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. “Gampang, kan tadi udah dibilang, tinggal kirim SMS aja. Tapi harus pake kode-kode yang cuma dimengerti oleh kita berdua. Jangan terang-terangan. Takut ketahuan Papie kan bahaya,” kata Mama sambil bangkit dari tempat tidur lalu melangkah ke kamar mandi.Terdengar bunyi air berkecipak-kecipak seperti orang sedang cebok. Mungkin Mama sedang membersihkan memeknya yang berlepotan air maniku. Setelah Mama keluar, giliran aku yang masuk ke kamar mandi, karena kepengen pipis sekalian mau mencuci penisku. Kata teman yang di fakultas kedokteran, sebaiknya cowok kencing setelah bersenggama, lalu penisnya dicuci sampai bersih.Waktu kembali ke kamar Mama, kulihat Mama sedang mengganti kain seprai, karena yang tadi kusut sekali. Sarung-sarung bantal pun diganti dengan yang baru. Kemudian Mama menyemprotkan parfum di sana-sini, sehingga kamar ini jadi harum.Tampaknya Mama sangat menjaga kebersihan dan kerapian. Tiap sudut rumahnya ditata dengan rapi dan bersih. Takut mengganggu Mama yang sedang merapikan kamar, aku pergi ke ruang keluarga. Lalu kuhidupkan TV. Tidak ada acara yang menarik. Tapi kutonton juga acara komedi dari salah satu pemancar TV favoritku, sambil duduk melepaskan lelah di sofa panjang. Tak lama kemudian Mama muncul, dalam gaun tidur putih dan tipis transparant. Tubuh seksinya tampak membayang di balik gaun tidur itu. “Malam ini tidur di sini aja ya,” kata Mama sambil duduk merapat di sisi kananku. “Iya,” aku mengangguk, “saya pun berat ninggalin Mama…entah kenapa…saya jadi merasa…merasa tak mau berjauhan lagi sama Mama.” “Mama juga sama, sayang,” Mama mengecup pipiku, lalu memeluk pinggangku sambil menempelkan pipinya ke pipiku. “Kalau saya jatuh cinta sama Mama gimana?” tanyaku sambil membiarkan Mama merebahkan kepalanya di pangkuanku. “Kamu sangka mama nggak cinta sama kamu? Bukan kalau-kalau lagi Hen. Mama cinta kamu, mangkanya mama kasih semuanya. Mama bukan pelacur yang serampangan ngasih tubuhnya kepada siapa saja. Mama hanya akan memberikan tubuh mama kepada laki-laki yang mama cintai.” “Tapi Papie….” “…Sudahlah jangan bahas masalah Papie. Yang penting kita harus pandai-pandai menyembunyikan hubungan kita.” “Mama cinta Papie juga kan?” “Mama sayang sama Papie. Dia sudah banyak sekali menolong mama dari kesulitan-kesulitan. Nanti baca deh buku harian Mama….” Mama terdiam sesaat. Lalu berkata lirih, “Kalau kamu cinta mama, oh…mama bersukur sekali. Berarti kebutuhan Mama sudah lengkap, untuk mendapatkan kasih sayang mama dapatkan dari Papie, untuk mendapatkan cinta…bisa mama dapatkan darimu kan sayang?” “Iya Mama,” aku mengangguk pasti, “walaupun saya sudah kawin kelak, saya tidak akan meninggalkan Mama. Tapi itu kan masih jauh…sekarang kan kuliah juga masih di dasarnya.” Mama yang kepalanya masih rebah di atas pangkuanku, tiba-tiba menggerakkan tangannya, menarik ritsliting celana jeansku. Lalu tangan satunya lagi menyelinap ke balik celana dalamku. Menggenggam penisku yang masih lemas. Aku pun tak mau kalah. Tanganku menyelinap ke balik gaun tidurnya, merayap dan meremas pahanya yang licin dan hangat. Merayap-rayap makin ke atas sampai akhirnya menyentuh kemaluannya yang berbulu sangat lebat itu.Aku mulai asyik membelai jembut Mama, lalu jemariku mulai mengelus celah vaginanya yang sudah agak basah dan hangat. Sementara Mama mulai meremas penisku dengan remasan lembut yang membuatku jadi bergairah lagi. Penisku mulai mengeras di dalam remasan Mama. “Malam ini kuat berapa kali main sama mama?” tanya Mama sambil melayangkan senyum dan pandangan menggoda. “Nggak tau Mam, saya kan belum pengalaman,” sahutku berbohong. Padahal aku tahu pasti, bahwa aku pernah bersetubuh sampai 5 kali dalam semalam. “Hmm…sudah keras lagi,” kata Mama sambil bangkit. Penisku disembulkan dari celanaku. Ia pun menyingkapkan gaun tidurnya. Lalu ia menduduki pahaku dengan posisi membelakangiku, sambil berusaha memasukkan kontolku ke dalam liang memeknya. Pantat Mama menurun, liang vaginanya terasa mendesak puncak penisku. Blessss….penisku masuk lagi ke liang vagina ibu tiriku yang cantik itu. Aku pun memeluk pinggangnya waktu ia mulai menggerak-gerakkan pantatnya naik turun, sehingga penisku mulai dibesot-besot lagi oleh cengkeraman liang surgawinya yang licin dan hangat. “Buka aja gaunnya biar leluasa ya,” bisikku. Mama mengangguk. Lalu kutarik gaun tidurnya ke atas. Sepasang tangan Mama teracung ke atas untuk memudahkanku melepaskan gaun tidurnya. Terlepas sudah gaun tidur itu. Sehingga bagian belakang tubuh Mama tak tertutup apa-apa lagi. Aku bersandar di sofa yang sedang kududuki, sementara Mama tetap duduk di pangkuanku dalam posisi membelakangiku. Kami sama-sama menghadap ke layar TV. Tapi kami bukan tengah menonton TV. Mama mulai aktif lagi menggerak-gerakkan pantatnya, sambil duduk dalam dekapanku. Aku pun mulai leluasa untuk meremas-remas buah dadanya dari belakang, sambil menciumi kuduknya.Mama mendesah-desah lagi, pasti karena sedang mengalami nikmatnya gesekan liang memeknya dengan penisku. “Aduuhhuhuhhhhh…punyamu terlalu besar, sayang. Bikin mama cepet nyampe….hssssh….hsssshhhhhhhh…..aaaaahhhhh…..sssss sshhhhhhh…” Mama menaikturunkan pinggulnya sambil meliuk-liuk, mungkin supaya clitorisnya lebih kuat bergesekan dengan penisku.Dan akhirnya Mama orgasme lagi.
Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun. Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah. Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap. Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya. Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi ketagihan Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme. Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa. Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang. Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya. Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga… dia menjawab: “Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, “emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal bencana itu. Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan. Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya… sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku. “Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku… “Ohhhhh…” katanya. Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi. “Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku… “Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis. Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga. Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna” “Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi” “Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka” katanya Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga”. Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya. Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata: “Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu” “Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol” katanya “Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku lebih berani “Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya… Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar. Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya. “Kenapa dimatiin” kataku “Udah cukup panas kak” katanya Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku. Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”. “Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin. “Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku “Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku “Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya “Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya. Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-string. “Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu. “Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya. “Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku. Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan kakakm John, inget dong” Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget” “Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”. Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik.. “Persetan dengan pacar brengsek” batinku. “Jangan disini” pintaku. “Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas pinggulku. “Kakak belum siap” kataku. “Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya. Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang… “Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya. Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku “Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali… Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku.. “Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku…. “udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku… “Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku. Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar… dia kesulitan… “Mana lubangnya kak..” katanya. Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku… “Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”. “Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya. “aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”. Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai membuat aku gemas…. “Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura….. “Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….” “Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang. Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku” Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…” teriakku. Adikku menahan batangnya didalam memekku …. “Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku… “Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya. “Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku. Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum. “Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku… “Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. “kenapa adikku????” Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi… Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam. Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku. Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku. Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.
Ini merupakan kisah nyata yg kualami saat berdinas di J,dan benar-benar terjadi Pagi itu,seperti biasa aku berangkat kerja,sebagai wakil kepala aku wajib datang pagi2 sebelum anak buahku datang. Apalagi menjelang tahun ajaran baru sekolah Setiba dikantor,setelah upacara bendera semua guru sibuk dengan aktifitasnya,kecuali guru agama Bapak Isku rupanya kedatangan tamu,dan kemudian melapor padaku,bahwa ada tamu yang ingin memasukan anaknya sekolah di SMP ku Akhirnya kuterima tamu itu,seorang ibu muda berparas manis,kulit putih,dengan body yang sangat menarik,tinggi dan padat berisi Melihat dari gayanya aku yakin,ibu ini termasuk yang agak lain dalam urusan seks
Mama Muda Yang Seksi - Kepada ibu muda itu kujelaskan bahwa kami sudah tidak bisa menerima siswa baru,karena sudah tutup Namun ibu itu memaksa,akhirnya terpaksa aku berunding dengan kepala sekolah,yg dengan berbagai pertimbangan,terutama karena tetangga sekolah,yatim dll,maka anaknya kami terima Karena tidak punya uang untuk biaya sekolah maka sebelum pulang ibu itu berpesan agar besok hari Selasa jam 8an aku kerumahnya,sehubungan dengan anaknya tadi Keesokan harinya,dengan pertimbangan untuk membantu kesulitan ibu muda kemarin,aku kerumahnya Sebuah rumah kecil yg rapi dan bersih,tapi rumahnya tampak sepi,setelah ke 4 kalinya aku mengetuk dan mengucap salam,pintu dibuka juga,nampak ibu itu sedang mandi rupanya, ini terlihat dari handuk yg melilit ditubuhnya dan tangan serta kakinya yg putih nampak basah. Dia meminta maaf dan mempersilakanku masuk,lalu terburu-buru kembali ke air Sejenak aku terpana melihat pemandangan tadi,ibu itu nampak amat seksi,tubuhnya yg sintal nampak sangat lembut dibalut handuk setengah badan,kulitnya punggungnya yg putih amat menggoda Namun kubuang jauh2 fikiran kotorku Aku duduk diruang tengah yg menghubungkan kamar dengan dapur dan kamar mandi. Tidak berapa lama ibu itu keluar,dengan rambut basah,badan masih terlilit handuk,bahunya yg putih sedikit terbuka hingga pangkal dadanya,dan dadanya yg terlilit handuk nampak begitu besar, ia sekarang tidak lagi tergopoh2 seperti tadi,dengan tersenyum manis mempersilakanku minum yg telah disiapkan sebelumnya Lalu ia masuk kamar melewatiku,terciumlah wangi tubuhnya,dan pantatnya yg besar begitu saja lewat didepan mataku,bergoyang ke kanan kekiri Mataku seperti hendak copot,jantungku berdegup kencang dengan pemandangan tersebut Beberapa saat kemudian ibu itu keluar lagi,rambutnya telah disisir,walau namapk masih basah,atsannya sudah menggunakan baju,namun dari pinggang kebawahmasih memakai handuk,dan yg membuatku bertanya2 adalah handuknya justru semakin keatas,sekarang nampak kedua pahanya yg nampak empuk dan putih semakin membuat dadaku gemuruh Dia kemudian duduk di kursi panjang menghadap kepadaku,pahanya nampak seolah sengaja dipertontonkan kepadaku,semakin membuatku rikuh Jantungku semakin tidak karuan,tapi nampaknya dia tenang2 saja dan sambil,merapikan baju ia bicara “ Maaf pak,agak kurang sopan,mmmhh bapak dari mana “ tanyanya sederhana “ Ciamis,” jawabku s ingkat “ Maaf lho pak,udah menikah ?” tanyanya lagi “ Udah,punya anak 1 “ jawabku “ Oohhh… gini pak Maaf sebelumnya,saya gak punya biaya untuk anak saya,gimana ya pak,saya gak enak sama bapak dan bapak kepala sekolah ?“ katnya membuka pokok maslah sambil tanganya terlihat sibuk membenahi Bhnya Aku jadi gak enak,namun tidak tahu harus berbuat apa,menegurnya takut dia malu,tidak ditegur aku yg bingung “ Gini bu,setelah kita bicarakan kemarin dengan pak kepala,kami sepakat untuk membantu ibu tanpa mengeluarkan biaya,karena ibu tetangga dan konon kabarnya putra ibu anak yatim,begitu kan bu ?” Tanyaku “ Ia pak,sudah sejak SD bapaknya meninggal,terpaksa saya yg kerja,tapi maaf pak,anaknya sekarang masih dijakarta “ jawabnya sambil menggeser kakinya semakin terbuka,nampak kedua pangkal pahanya semakin jelas dimataku Aku pura-pura tidak melihatnya walau darahku semakin deras mengalir ditubuhku,nafasku terasa sesak. “ O gitu,Jadi ibu kerja dimana?” tanyaku smabil menenangkan diri “ Dijakarta,karyawan pabrik pak,y a daripada gak kerja,O ia panggil saya Melisa pak,kayanya belum ibu2 banget ya “ balasnya sambil tersenyum manis “ O ia,saya Diros “ kataku membalas tersenyum Tiba-tiba ia bangkit dari kursinya dan duduk di kursi sebelahku,sambil membelakang ia berkata “ Pak,maaf banget,tolong kancing Bh saya gak masuk2,bisa gak dibantu “ katanya tanpa menengok Melisa nampak mendongak menerima hantaman Isku,lalu suara desissan seperti orang kepedasan keluar dari mulutnya berulang ulang…rupanya Melisa masih menikmati sisa kenikmatan yg tadi,Isku semakin asik mengeluar masukan kemaluannya,hingga nampak busa2 putih menetes dari pinggir2 kemaluan Melisa,mungkin sisa2 orgasme Melisa yg tadi Aku semakin nikmat mengocok2 kemaluanku,dan jujur saja,sebenarnya aku hampir memuncratkan maniku ketika Melisa orgasme tadi,tapi aku masih penasaran,sehingga berusaha menahanya walau terasa sudah diubun2… Tiba2 Isku si guru mesum mengeluarkan kemaluannya,sementara tangan kannannya sibuk menjangkau klitoris Melisa dan mengocok2nya nampak isku setengah duduk,mulutnya kemudian menjilat2 dubur Melisa,tangan kirinya menyusupkan jarinya sedikit2 ke lubang dubur Melisa,dan diluar dugaanku,Melisa semakin menunggingkan pantatnya,sementara mulutnya mendesis desis seperti ular… “ SSSShhhh… oooohhhkkkk… terusss…oooohhhhkkkhh…” desisnya berulang2 “ Isku kembali berjongkok,dan mengarahkan kemaluannya persis ke lubang dubur Melisa,lalu menakannya sedikit,menariknya lagi,menakan sedikit hingga setengah kepalanya masuk,mengeluarkanya lagi,begitu seterusnya Efeknya luar biasa,Melisa nampak nafsunya bangkit setinggi2nya…nafasnya benar2 memburu,pantatnya semakin tinggi menungging sementara lubang duburnya nampak semakin merah dan mulai membesar kuncup mekar dengan nafas memburu,Isku si guru mesum kembali mengarahkan kemaluanya ke lubang dubur Melisa dan dengan sekali tekan blessshhh…masuklah kemaluan Frul memenuhi dubur Melisa Melisa merasakan sensasi yg luar biasa diduburnya,duburnya terasa panas,penuh terganjal dan seperti mau beol,namun terasa hangat kemaluan Isku dan nikmatnya ketika keluar masuk membuat nafsunya semakin tinggi “ Oooohhh…terusss…terussshhh…ooohhkkk…” erangnya Isku si guru mesum nampak terhentak dan diam sejenak,ketika mersakan tubuhnya melayang terbang,tubuhnya terguncang guncang menahan nikmat yg melanda kemaluannya,terasa terjepit sangat kuat oleh dubur Melisa,dinding2 dubur Melisa mengunci ketat setiap dia menarik dan m endorong kemaluannya… Isku membeliak2 marasakan kenikmatan yg tiada taranya… Aku yg tidak menduga, tak lagi kuat menahan diri,kemaluanku hampir menumpahkan air mani…terasa nikmat sekali setiap kocokan tanganku dikepala kemaluanku,seolah2 dubur Melisa yg me milin2 kemaluanku…namun aku masih berusaha menahannya… Dikamar Melisa nampak mempercepat gerakan pantatnya mundur maju,menyambut setiap sodokan dan hujaman Fairul si guru mesum di duburnya, mulutnya semakin mendesis2, “ OOOhkkk… sssshhhh… oooohhhh… ” rint ihnya, dan sungguh ajaib,suatu ketika,Melisa nampak mendorong pantatnya kebelakang kuat2 tubuhnya melengkung2 ketas kebawah,sementara duburnya tetap tertancap kemaluan Isku seteguh2nya dari mulutnya keluar geraman seperti orang sekarat… “ Heuuuueuuueuhhhhkkkkhhh… !” Matanya nampak mendelik2,lalu mengejang kembali seperti tadi,rupanya Melisa telah memncapai orgesmenya yg kedua Dan pada saat yg sama,rupanya Isku si guru mesum tidak sanggup lagi menahan dirinya,Iskupun menekan kuat2 kemaluanya ke dubur Melisa,sehingga isku merasa seolah2 kemaluannya menancap ke dasar dubur Melisa,tubuhnya melengkung mendekap tubuh Melisa erat2,gerakannya terhenti seketika,menikmati kedutan2 du ujung kemaluanya…nikmat tak terhingga… “ Hooooouuuhhhkkkkhhh…akkkhu keluarrrr “ ucapnya parau,dan muncratlah airmaninya memenuhi lubang dubur Melisa,Melisa merasakan nikmatnya semburan2 air mani Isku di duburnya,terasa hangat menyembur2 dinding2 duburnya Vagina dan dubur Melisa terasa mengedut2,menimbulkan gerakan mencengkram2 di vagina dan duburnya,hal itu membuat Isku si guru mesum semakin mengeluh2 kenikmatan lalu keduanya tergeletak lesu dikasur Ketika Melisa melengkungkan tubuhnya berulang2,aku tak bisa menahan diri lagi,badanku mengejang,dan kemaluanku tarasa semakin nikmat,seluruh darahku seolah2 terkumpul diujung kemaluanku,dan menyemprot2 menjadi air mani yg sangat banyak,lalu mengedut ngedut menyisakan nikmat yg sangat dan akupun mengeluarkan air mani sambil menjerit lirih tertahan “ OOOOOuuuhhh… ” Buru2 aku pakai celanaku,kursi kurapikan lagi,sampho kusimpan dimeja,dan segera keluar,diluar tangaku kubersihkan dengan daun yg ada disekitar,stelah terasa bersih,dan memeriksa celanaku juga bersih,aku mengetuk pintu Setelah agak lama,keluarlah Melisa,nampak agak lusuh dan berkeringat,kulitnya yg putih nampak kemerah2an karena lelah “ Maaf bu,saya ada perlu,boleh masuk ?” tanyaku pura2 tidak tahu apa2 “ Oh ,eh iya pak,silahkan !” katanya gugup Lalu aku masuk,dan setelah duduk aku perhatikan ia nampak gelisah “ Gini bu,jangan kuatir,sya mencari Pak Isku,tadi saya lihat masuk kesini,bisa dipanggilkan bu ?” kataku kemudian Dia nampak bingung dan kikuk “ Ehh eee…iaya…ehh…ooo aada “ Katanya terbata bata “ Ya udah,gak apa2 tolong dipanggil ya Bu “ kataku menenangkan Tak lama Pak Isku si guru mesum keluar,sambil cengar cengir,lalu mendekatiku,dia bebisik, “ Maaf pak,saya memanfaatkan,sayang pak “ katanya menyebalkan Aku Cuma tersenyum sambil berkata “ Ini pak,ada keperluan untuk MOS,tolong s egera dilaksanakan,gimana bisa ?” “ Ia,bisa pak,” katanya,masih cengar cengir kaya kambing “ Baik pak,saya tunggu laporannya,jangan lupa cuci dulu pak “ kataku menyindir Nampak Melisa memerah mukanya,lalu menghampiriku “ Abis bapak gak mau tadi. Bapak ini katanya suruhan bapak ,ya udah ,bapak nanti kesini ya saya tunggu awas lho “ Katanya masih berbisik Aku cuma tersenyum dan segera pamit Pa Isku si guru mesum mengikutiku sambil tetap cengar cengir seperti kuda.
Perkenalkan, namaku Karina atau biasa di panggilan Ririn. Orang tuaku memang sudah membiasakanku untuk mengenakan hijab semenjak kecil. Walaupun mengenakan hijab, aku merupakan tipe wanita yang tidak bisa ketinggalan mode. Oleh karena itu aku selalu memperhatikan penampilanku mulai dari pakaian model terbaru sampai merawat tubuh Agen Bola Sbobet.
Sebagai wanita normal, aku merasa senang apabila penampilanku mmebuat orang lain atau lawan jenis memperhatikanku dan memujiku. Tetapi aku bukanlah wanita nakal atau murahan, membuat diriku menajdi pusat perhatian memberikanku kepuasan tersendiri dan menjadi lebih percaya diri. Walaupun kini aku sedang berada di puncak karierku sebagai seketaris direkut di salah satu perusahaan ternama, aku tetap menghormati suamiku. Apalagi usia kami yang terpaut cukup jauh yaitu 9 tahun. Penghasilan suamiku yang jauh lebih kecil, tidak menjadikanku istri yang membangkang. Kehidupan keluarga kami cukup harmonis dan sudah dikaruniai seorang anak laki-laki. Sudah hampir dua tahun belakangan ini, aku diangkat sebagai seketaris dari direktur utama di perusahaan tempatku bekerja. Aku memang termasuk wanita yang rajin dan ulet dalam bekerja, oleh karena itu Pak Simon mengangkatku sebagai seketarisnya langsung. Pekerjaanku sebenarnya tidaklah terlalu sulit, hanya membantu mengatur dan mengurus segala keperluan administrasi dari pak Simon. Namun profesi ini memwajibkanku untuk selalu ikut kemanapun pak Simon pergi mengurusi perusahaan, oleh karena itu profesi ini sungguh menyita waktuku. Tentunya aku terlebih dahulu meminta pendapat suamiku, sebelum menyetujui pengangkatan jabatan tersebut. Dan untungnya suamiku sangat pengertian dan memaklumi bila terkadang aku harus pulang malam atau pergi keluar kota bersama Pak Simon karena meeting atau pertemuan bisnis. Pak Simon adalah pria paruh baya keturunan, berusia 48 tahun. Dengan kulit yang putih dan mata yang sipit membuat siapa saja yang melihatnya langsung tahu kalau dia adalah pria keturunan. Walaupun terkenal dengan pribadi yang tegas, sebenarnya Pak Simon adalah orang yang cukup humoris dan asik untuk diajak komunikasi. Candaannya yang apa adanya serta tawanya yang khas, seringkali menghiburku saat penat bekerja. Sebenarnya penampilan Pak Simon tergolong biasa layaknya bos, dengan rambut yang selalu disisir ke samping rambut yang selalu disisir ke samping dan klimis, perut buncit yang terlihat lucu di tubuh pendeknya. Pakaian mahal dan jam mahal selalu menempel di tubuhnya. Pak Simon memang sangat menghormatiku sebagai wanita berhijab, dan tidak pernah melakukan hal yang kurang ajar kepadaku. Walau kadang bercandaan kami sering menyerempet-nyerempet ke arah Fulgar, itu pun masih dalam batas wajar layaknya obrolan antara orang dewasa. Hingga saat ini, pagi ini aku langsung sibuk merapihkan pakaian ke dalam koper. Tentu saja setelah selesai dengan kewajiban pagiku untuk melayani suamiku dan anakku yang tengah bersiap pergi kerja dan bersekolah. Mah..jadi pergi ke Bali? tanya suamiku yang kembali masuk kamar setelah mengantar anakku untuk naik jemputan sekolah. “Jadi Pah.. paling dua sampai tiga hari aja kok sayang” Jawab-ku sambil terus merapihkan isi koper di atas tempat tidur. “Jangan diforsir kerjanya yah mah!!” Ujar Suamiku yang kini duduk pinggir tempat tidur. Melihat suamiku yang sepertinya agak berat untuk melepas aku pergi, aku pun duduk dipangkuannya dan melingkarkan tangan-ku di lehernya.“Iya Pah.. Papah juga jangan lupa makan yah” Ucapku manja. Aku saat ini memang belum mengenakan hijab-ku dan hanya mengenakan tangtop putih dan celana kerja panjang bahan yang senada dengan blazer coklat yang nanti akan aku kenakan untuk menutupi bagian atas tubuh-ku. “Papah mau..kok liatin nenen mamah gitu?” Tanya-ku manja karena melihat pandangan suamiku yang terus menatap belahan di atas tangtopku. “Pakaian kamu kok seperti itu mah?” “Iya.. kan nanti ditutup blazer dan kerudung pah” “Udah ah jangan diliatin terus nanti kita telat” Ujar-ku yang langsung bangkit dan mengenakan blazer seta penutup kepala. Kami pun berangkat ke tujuan masin-masing. Singkat cerita setelah janjian bertemu di Air port, Aku dan Pak Simon pun langsung terbang ke Bali. Sebenarnya aku cukup senang jika harus berkerja menemani Pak Simon ke luarkota, karena bisa jalan-jalan geratis dan menjadikan pekerjaan tidak membosankan. Seperti biasa setelah kami check in di salah satu hotel bintang lima, kami langsung berangkat untuk meeting di salah satu cabang perusaan disana. Dan baru kembali ke hotel setelah acara makan malam bersama karyawan dan jajaran direksi di sana. Tentu saja kami menginap di kamar hotel yang berbeda namun bersebelahan. Setelah mandi dan merapihkan beberapa dokumen. Aku menyempatkan diri untuk mengubungi anak dan suamiku. Tak beberapa lama kemudian Pak Simon menelefon untuk membahas jadwal besok. Setelah kembali mengenakan pakaian yang sedikit santai, aku pun turun menyusul Pak Simon yang telah siap menunggu di lobi hotel. Dan akupun ikut duduk dan mulai menjelaskan beberapa rincian pekerjaan yang akan dikerjakan selama di Bali. “Hmm.. sepertinya akan sibuk kita Rin” Ujar Pak Simon yang hendak menyeruput secangkir expresso. Pak Simon memang terbiasa memanggilku Ririn, mungkin agar lebih akrab dan tentu saja aku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Toh umur kami memang tepaut cukup jauh. “Iya pak.. Walau cabang kecil tapi transaksi disini cukup ramai” Jawab-ku “Bisa gak sempat saya jalan-jalan sambil liat-liat cewek disini..Hahaha” Ucap-nya santai sambil diikuti tawanya yang khas. “Kan bisa liat saya pak..” Jawab-ku mengikuti candaan-nya. “Bosen ah..Hahahahha” Tawa kami pun meledak seketika, memang tidak aneh bagiku dan Pak Simon untuk bercanda seperti ini. Obrolan kami pun berlanjut dengan bahasan yang lebih santai dan banyak diselingi candaan dan tawa. Setelah selesai berdikusi dan melepas penat, kami pun kembali ke kamar masing-masing. Setibanya di kamar akupun langsung membersihkan diri dan berganti baju tidur. Tak berapa lama memejamkan mata, tiba-tiba aku terbangun karena mendengar televise yang tiba-tiba menyala. Ngentot Dengan Atasanku Sendiri Aku pun kaget karena melihat remote yang masih tergeletak di atas meja kecil disampingku. Awalnya aku hanya menganggap ini adalah kebetulan dan kembali mematikan televise tersebut dan kembali memejamkan mataku. Namun kembali aku terbangun akibat suara televise yang kembali menyala. Aku yang memang penakut sejak kecil, mulai merasa takut. Ku pandangi seluaruh isi hotel yang tiba-tiba terlihat seram. Mungkin karena aku yang penakut, aku mulai merasakan bulu kuduku merinding. Dengan cepat aku raih handphone di samping tempat tidurku dan menelefon suamiku. Namun setelah beberapa kali panggilan, tidak ada juga jawaban dari suamiku. Semakin lama rasa takut-ku semakin menjadi-jadi, dan aku tidak bisa tidur. Ku lihat jam di meja sudah menunjukan jam 00.30, namun aku juga belum bisa tidur karena masih dilanda rasa takut. Tidak biasanya aku mengalami hal ini, kali ini memang sungguh lain. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Pak Simon yang berada disebelah-ku. Aku sadar betul kalau itu akan mengganggu waktu istirahatnya, namun aku sudah tidak punya jalan lain. “Halo.. Ada apa Rin?, tengah malam begini…” Tanya suara yang berasal dari handphone-ku “Eh..anu Pak.. Bapak sudah tidur? Maaf nih saya jadi ganggu.. Begini pak..” Aku pun mulai menjelaskan kejadian yang baru saja aku alamai dan alasan-ku meneleponnya tengah malam begini. “Kamu kebanyakan nonton film horror saja Rin.. “ Ujar Pak Simon menenangkan-ku dengan nada sudara mengantuk. “Tapi pak.. saya tidak berani sendirian dikamar..” “Lalu..? “Eh..anu pak.. kalau boleh saya numpang tidur di kamar bapak malam ini saja.. “ Pinta-ku memohon. “Yasudah.. kalau kamu mau-nya begitu” “Eh.. boleh pak?” “Sudah.. cepat kalau mau kesini.. saya mengantuk sekali” “Ba…baik pak” Setelah menutup telepon aku pun langsung memakai kembali pakaian dalam yang sempat-ku lepas sebelum tidur. Karena tanpa Bh, putting payudaraku akan terlihat menonjol di balik dasater tipis yang kini aku kenakan. Tidak lupa aku kembali mengenakan penutup kepala dan sweater untuk menutupi lengan-ku yang tidak tertutupi daster tanpa lengan. Dan aku pun membunyikan bell kamar Pak Simon, dengan wajah mengantuk Pak simon yang saat itu mengenakan kaus putih polos dan celana pendek, terlihat sedikit terbengong melihatku saat membuka pintu. Mungkin karena wajah-ku yang tanpa make-up fikirku. Setelah mempersilahkan aku masuk Pak Simon langsung mengunci kembali pintu kamarnya.“ Kamu nih tumben ketakutan, tidak seperti biasanya” Ujar Pak Simon “Maaf Pak.. saya juga heran.. sepertinya ada yang aneh dengan kamar itu” “Sudah-sudah.. sekarang lebih baik kamu tidur, karena besok jadwal kita masih sibuk” “Eh..iya pak” Jawab-ku yang menjadi meraasa tidak enak sendiri, dan masih berdiri terpaku di kamar Pak Simon. Setelah rasa takut-ku perlahan mulai menghilang, tiba-tiba aku tersadar kalau kini aku harus tidur seranjang dengan Bos-ku. Tapi biarlah ini lebih baik dari pada tidak bisa tidur semalaman, lagian Pak Simon tidak pernah bersikap kurang ajar dan selalu menghormatiku sebagai seketaris-nya. Dengan mencoba berfikir positif aku mulai merebahkan diriku disamping Pak Simon yang sudah terlebih dahulu tidur membelakangiku. Baru kali ini aku merasakan tidur seranjang dengan pria yang bukan suamiku. Walaupun keberadaan Pak Simon membantu menghilangkan rasa takut-ku, namun perasaan adanya pria lain disamping-ku sunggu tidak bisa ku hilangkan begitu saja. “Rin.. Kamu sudah tidur?” Tanya Pak Simon yang tidur membelakangiku. “Be..belum..” Jawab-ku. Mendengar jawaban dariku, tiba-tiba Pak Simon membalikan badannya kearah-ku. “Kamu masih takut?” Tanya-nya dengan lembut. “Ti..tidak Pak.. Saya hanya menjadi tidak enak mengganggu bapak malam-malam begini” Jawab-ku sambil menoleh kearahnya. Tentu saja aku berbohong karena bukan itu alasan utama aku belum juga bisa memejamkan mata-ku. “Kenapa harus tidak enak..saya malah senang bisa ditemani kamu” Jawab Pak simon “Maksud Bapak?” Tanya-ku tidak mengerti. “Yah.. ini seperti mimpi jadi kenyataan” Ujar Pak Simon dengan tatapan penuh arti. “Maaf pak.. saya tidak mengerti maksud Bapak” “Rin.. kalau boleh saya jujur, Saya sangat senang dengan cara kerja kamu yang rajin dan ulet. Tapi…” “Tapi pa pak?” “Hmm.. “ Pak Simon pun menghela nafas panjang.. “Begini loh rin.. sudah hampir dua tahun belakangan ini waktu banyak menghabiskan waktu bersama kamu.. Entah mengapa saya semakin lama semakin mengagumi mu” Ujar Pak Simon dengan lembut. “Maaf Pak.. saya masih tidak mengerti maksud perkataan Bapak.”Perkataan Pak Simon membuatku sunggu tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menanggapi kata-katanya. “Kamu cantik Rin, pintar, rajin, jujur dan senang tiasa menemani saya… Jujur saja sebagai pria normal saya mulai menaruh perasaan kepadamu.” Mendengar pujian dan pengakuan Pak Simon yang terlihat tulus, membuatku merasa kaget. Walau sebenarnya diriku juga mengagumi sosok Pak Simon yang tegas dan berwibawa, namun itu hanya sebatas sebagai atasan dan panutan. Sehingga pengakuan Pak Simon tentang perasaannya kepadaku sunggu membuatku terkejut dan tidak tahu harus bagaimana. Sebenarnya bisa saja aku menamparnya dan menolak perasaanya, karena setatus kami yang bukan lagi single. Namun aku benar-benar bingung harus merespon seperti apa. Bukan karena setatusnya sebagai atasan-ku, sehingga aku takut akan dipecat bila menolah dan memakinya saat ini. Namun Pak Simon terlalu baik dan bayak berjasa untukku, dan aku sama sekali tidak ingin menyakitinya. “Pak.. Saya mengerti.. mungkin ini karena kita yang sudah sering bersama, saya rasa itu hal yang wajar karena saya juga mengagumi bapak, namun Bapak kan tahu kalau saya sudah memiliki suami dan anak, begitupun dengan bapak” Jelas-ku dengan sangat hati-hati. “Iya.. Rin saya juga berfikir demikian, terima kasih kamu sudah tidak marah dan mau mengerti.. Maafkan kelancangan saya” Balas Pak Simon “Tidak perlu minta maaf pak.. Mungkin saya yang sebaiknya lebih menyadari posisi saya dan mulai menjaga jarak dengan Bapak” Ujar-ku merasa bersalah melihat ekspesi wajah Pak Simon. “jangan-jangan,.. Menjaga jarak hanya akan membuat saya merasa bersalah dan lebih menyesal..” “Baiklah Pak.. Saya mohon maaf karena tidak bisa membalas kebaikan perasaan Bapak” “Tidak apa-apa Rin. Itu salah saya yang tidak bisa menahan diri terhadap wanita sebaik dan secantik kamu..” Jujur saja pujian yang terus Pak Simon ucapkan, entah mengapa begitu mengena dihatiku. Dan hati kecilku malah merasa bersalah karena menolak perasaan Pak Simon. “Rin.. Boleh saya meminta sesuatu yang sepertinya agak berlebihan?” Tanya Pak Simon dengan tatapan yang dalam. “Meminta apa pak.. ?kalau saya bisa pasti akan saya akan saya lakukan” “Boleh saya melihat-mu tanpa mengenakan penutup kepala?” Mohon Pak Simon memelas. Entah mengapa walau tahu betul itu adalah sebuah permintaan yang tidak layak diucapkan kepada wanita berhijab sepertiku. Aku sunggu tidak bisa membuat Pak Simon lebih kecewa dan menetapkan diri untuk memenuhi permintaannya. “I..ya..bo..boleh..” Jawab-ku dengan sedikit gemetar Aku pun bangkit terduduk dihadapan Pak Simon yang terus menatapku. Dengan jantung berdebar, pelahan akupun meraih ujung penutup kepalaku dan menariknya melewati leher jenjangku yang mulus dan putih. Setelah penutup kepalaku terlepas, aku melihat wajah Pak Simon yang terlihat terpesona menatapku. Seketika aku merasa pipiku panas menahan malu, karena belum ada pria lain selain ayah dan suamiku yang melihatku tanpa penutup kepala. Kini Pak Simon pasti sudah dapat melihat rambut hitam-ku yang selalu dipotong sebatas punduk. “Kamu cantik Rin.. sungguh benar-benar cantik” Puji Pak Simon “Jangan dilihatin terus pak, saya malu..” “Maafkan Bapak Rin, tapi kamu benar-benar cantik… Boleh Saya menecup kening-mu sebagai tanda sayang?” Aku yang mulai terbuai dengan pujiannya, hanya mampu mengangguk lemah dan tidak mampu menolak permintaanya. Dengan perlahan Pak Simon bangkit dan menatap wajah-ku dalam-dalam. Dengan amat perlahan Pak Simon mengarahkan wajahnya mendekati wajah-ku. Sementara aku hanya mampu terpejam pasrah. “CUP” Aku pun merasakan sebuah kecupan yang penuh dengan kasih sayang di keningku. Bibir Pak Simon terasa begitu basah di dahiku. “Terima kasih Rin.. Saya senang sekali saat ini.. “ Sasat membuka mataku, aku dapat melihat raut bahagia Pak Simon, yang terpampang di hadapan-ku. “Kita tidur saja Rin.. besok kita harus bangun pagi..” Aku pun kembali merebahkan tubuhku yang masih terasa gemetar. Dengan sengaja aku tidak mengenakan kembali penutup kepalaku. Aku berfikir mungkin itu bisa membalas sedikit rasa bersalahku karena telah menolak perasaan Pak Simon, yang selalu baik terhadap-ku. Kami pun tidur dengan saling berhadapan, aku dapat melihat jelas kalau mata Pak Simon terus memandangi wajah-ku. Sampai entah kenapa ide itu muncul. “Pak.. Kalau bapak mau.. bapak boleh kok pegang tangan saya” “Benar boleh RIn?” Tanyanya memastikan apa yang aku ucapkan. Aku pun mengangguk sambil tersenyum.“Iya boleh…” Dengan amat lembut aku merasakan, jemari gemuk tangan Pak Simon mulai menggenggam tangan-ku. Entah kenapa aku langsung merasakan kenyamanan ketika tangan Pak Simon menggenggam tangan-ku, dan akupun tanpa sadar tertidur lelap. Esok paginya aku terbangun lebih dulu, walaupun sempat kaget saat melihat pria lain yang tidur disampingku. Dengan perlahan aku melepaskan tangan-ku yang masih berada di genggaman tangn Pak Simon. “Kamu sudah bangun Rin?” Tanya Pak Simon yang ikut terbangun. “Su..sudah pagi pak.. saya mau kembali ke kamar untuk bersiap-siap” “Yasudah.. nanti saya tunggu di bawah..” Balas Pak simon. Dengan segera aku bangkit dan kembali kekamar-ku untuk mandi dan bersiap-siap. Tidak lupa aku memberikabar kepada suami-ku. Aku sungguh bersyukur karena tadi malam tidak terjadi apa-apa, walau kata-kata Pak Simon masih terngiang di fikiranku. Setelah mandi dan siap-siap aku pun segera turun ke lobi untuk menyusul Pak Simon. Dan seperti biasa dia sudah siap menunggu di lobi. “CUP” … “kamu cantik sekali pagi ini Rin..” Ucap Pak Simon yang tiba-tiba mengecup pipi-ku. Walau sedikit terkejut menerima perlakuan yang sedikit berani dari Pak Simon. Aku merasa tidak keberatan dan membalasnya dengan sebuah seneyuman manis. “Bapak…Bikin kaget saja.. gak enak nanti diliat orang ..” Ucap-ku “Hahahha… Sudah-sudah.. mari kita berangkat” Kami pun kembali melanjutkan pekerjaan kami disana. Namun setelah malam itu, perlakuan Pak Simon kepadaku sedikit berubah. Aku merasakan kalau Pak Simon menjadi lebih perhatian ketimbang biasanya. Dan selalu melemparkan senyum ketika kami saling pandang. Walaupun sedikit merasa aneh, aku tidak ingin terlalu mengambil pusing, dan berusaha bersikap wajar seperti bisa. Bahkan sesekali Pak Simon berani merangkul pinggangku yang langsing, tentu saja aku menepisnya sehalus mungkin. Setelah selesai dengan segala urusan pekerjaan, Kami pun kembali ke hotel. Sore itu Aku, aku langsung meminta untuk pindah kamar, namun sayang semua kamar sudah penuh karena wisatawan di bali sedang ramai saat ini. Jadi mau tidak mau aku harus kembali bermalam di kamar-ku semalam. Dengan sedikit rasa takut, aku memberanikan diri untuk sekedar membersihkan diri dengan mandi dan berganti pakaian. Seperti biasa aku dan Pak Simon makan bersama di restoran hotel. Dam setelah itu kami pun kembali ke kamar masing-masing. “Rin.. Kalau kamu takut.. kamu boleh menginap dikamar saya lagi..” “Oh.. yang benar Pak..?.. Jujur saja saya juga masih takut tidur di kamar ini..” Jawab-ku yang sedari tadi mengharapkan kalimat itu terucap dari Pak Simon. Setelah menghubungi anak dan suamiku, aku bersiap untuk pindah ke kamar Pak Simon.Dan entah mengapa aku ingin berpenampilan baik di depan Pak Simon, oleh karena itu aku menyempatkan diri untuk sekedar bercermin melihat penampilanku. Ku lihat wajah-ku yang terap cantik tanpa makeup. Dan aku pun mengenakan pakaian yang sedikit memamerkan bnentuk tubuhku. Entah mengapa aku begitu senang ketika Pak Simon memuji penampilanku. Dengan tetap mengenakan penutup kepala model santai. Aku kini mengenakan sebuah legging panjang hitam dan kaus putih berlengan panjang. Tidak lupa aku mengenakan parfum. Setelah sampai didepan pintu kamar Pak Simon akupun langsung menekan bell, yang langsung disambut dengan membukakan pintu kamarnya. “Mau nginap sama Bapak lagi Rin..” Ledeknya. “Maaf yah pak.. ngerepotin terus” Ujar-ku memasang wajah bersalah “Sudah-sudah.. silahkan masuk” Aku pun masuk ke dalam kamar Pak Simon. Sebenarnya aku sadar betul kalau tidak pantas bagi seorang wanita dewasa bersuami sepertiku harus berduaan dengan atasannya. Namun dengan mengatas namakan rasa takut tidur sendiri aku mencoba membenarkan apa yang aku lakukan ini. “Kalau bapak merasa terganggu saya tidak apa-apa kok tidur di sofa..” Ujar-ku yang merasa tidak enak. “Gak apa-apa kok… nih kamu mau susu cokelat panas?“ Ucap Pak Simon sambil menyodorkan segelas cokelat panas ke padaku. “Te..terima kasih pak” Aku pun meraih cokelat panas tersebut dan mulai meminumnya. Denga ditemani segelas susu panas kami pun mulai berbincang-bincang sambil duduk diatas tempat tidur. Dan beberapa kali aku mendapati mata Pak Simon yang terus mencuri-curi pandang ke arah dadaku yang sedikit tertutup penutup kepala. Entah mengapa aku malah merasa senang saat Pak Simon memperhatikan tubuh-ku.Dan entah setan dari mana tiba-tiba aku pun mulai gelap mata. “Pak.. Bapak mau liat ini?” Tanya-ku sambil menunjuk payudaraku. “Ehh.. saya ti..tidak bermaksud..” Jawab Pak Simon gelagapan “Maaf.. Pak.. dari tadi saya lihat mata bapak ngelirik ke dada saya terus.. Kalau bapak mau liat bilang saja.. asal tidak perlu melepas pakaian, saya tidak keberatan kok” “Ka..kamu serius Rin..?” “He..em” Jawab-ku menganggukan kepala “Boleh saya?” “Tapi liat dari luar aja loh pak” Ujar-ku sambil mengangkat penutup kepala yang menutupi bagian dadaku. Pak Simon pun mulai menatap langsung ke arah payudaraku yang hanya bebalut kaus tipis dan Bh didalam-nya. Dengan melihat ekspresi wajah Pak Simon, Aku-pun mulai merasakan sensasi rasa malu bercampur rasa aneh yang terus mendorongku “Rin walaupun hanya melihat dari luar.. sudah dari lama saya mencuri-curi pandang untuk melihat payudaramu… ini seperti mimpi saja” Ucap-nya senang. Akupun melihat Pak Simon mulai mengarahkan tangannya ke depan payudarahku. “boleh saya…?” aku pun hanya bisa mengangguk kecil, Degan perlahan tangan tersebut semakin mendekati payudara-ku. Aku yang tidak kuat menahan rasa malu, hanya mampu terpejam menunggu sentuhan tangan Pak Simon. Dan akhirnya akupun dapat merasakan tangan Pak Simon menyentuh payudaraku. Dengan lembut tangan tersebut mulai bergerilya mengusap-usap payudara-ku. Rasa geli bercampur risih mulai menyelimutiku yang tidak sanggu melihat apa yang terjadi dengan payudara-ku. Lama-kelamaan, usapan tersebut mulai berubah menjadi remasan lembut yang terasa begitu nikmat. Dengan perlahan Pak Simon mulai merebahkan tubuhku yang mendadak lemah ke atas kasur. Dan aku pun terkejut, ketika merasakan lumatan di bibir-ku. Dengan segera aku membuka mataku, dan benar saja wajah Pak Simon berada tepat dihadapan-ku sambil melumat bibir-ku dengan ganas. Melihat ekspesiku yang terkejut, Pak Simon pun tersentak menarik tubuhnya menjauhiku.”Maafkan saya Rin, saya tidak bermaksud seperti ini” Ucapnya dengan wajah bersalah. “Bukan Pak.. Ini bukan salah siapa-siapa. Semenjak bapak mengatakan perasaan bapak kepada saya, saya sungguh merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk bapak. Padahal saya sadar kalau bapak telah banyak membantu hidup saya.” “Maksud kamu..?” “Iya Pak, Saya sangat mengagumi sosok bapak sebagai atasan saya, saya sungguh tidak ingin membuat Bapak kecewa. Bahkan bila harus memberikan tubuh saya” “Karina..” Panggil Pak Simon dengan yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja aku ucap-kan. Dengan senyum dan air mata yang mulai menetes di pipiku, aku memberanikan diri meraih telapak tangan Pak Simon dan menaruhnya di payudaraku.”Maaf Pak, biarkan seketaris mu ini untuk terus melayani anda, dan membalas segala kebaikan Bapak” Ucap-ku dengan lirih dan air mata. “Terima kasih Rin..” Ucap Pak Simon yang langsung mendekatkan dirinya kepadaku. Dengan perlahan dia langsung merangkul pundak-ku dan melumat bibir-ku. Tangannya pun mulai meremas payudara-ku. Cumbuan Pak Simon mulai membuat-ku terhanyut, dan merespon dengan membuka bibir-ku, membiarkan lidah-nya yang basah bermain di dalam mulut-ku. Sampai tiba-tiba aku merasakan tangan gemuk Pak Simon terus turun dan meraih bagian bawah tubuh-ku. Aku pun terkejut dan langsung melepaskan ciuman-nya serta menahan pergelangan tangan Pak Simon, “Pak saya mohon, jagan lebih dari ini..” pinta-ku. “Maaf Rin.. tapi saya sangat ingin melihat keindahan dibalik tubuh-mu yang selalu tertutup” Ucapan Pak Simon membuatku yang sudah mulai dilanda biarahi , menjadi bimbang. Walaupun telah memberikan kesempatan kepada Pak simon untuk menjamah-ku. Tapi maksudku tidak lebih dari ini. Aku sangat hawatir kalau ini akan semakin membuatku terbawa. “Pak saya mohon jangan, saya tidak ingin menghianati suami saya lebih dari ini” Jelas-ku mencoba mengelak. “Baik Rin, tapi saya sudah sangat bernafsu saat ini.. “ Ujar Pak Simon memelas. Fikiran-ku pun kembali berkecambuk, sebenarnya cumbuan Pak Simon. Aku pun mulai terdiam membisu karena tidak tahu harus berbuat apa. Namun Pak Simon terus saja merayuku dengan segala cara,di mengatakan kalau hany ingin menggesekan penisnya di vaginaku dan hanya sebatas itu. “Tapi saya ingin melepas Bh saya” Paling tidak payudara-ku masih bisa ku jaga fikir-ku. “Baik RIn.. silahkan buka penutup kepala dan pakaian-mu.” Perintah-nya tidak sabar. Enaknya di entot Pak Simon Aku pun bangkit dari tempat tidur, dan mulai melepaskan penutup kepala dan pakaian-ku. Hingga terpampanglah tubuh mulus putih-ku yang selama ini terus ku tutupi dibalik pakaian-ku yang tertutup. Sambil berusaha menutupi kedua payudara dan pangkal pahaku yang tentu saja percuma. Aku pun merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur. Dengan gemetar aku menunggu Pak Simon yang saat ini terlihat sedang begitu menikmat memandangi setiap inci tubuh-ku. “Kamu memang sangat cantik Rin.. Sudah saya duga tubuh-mu begitu bersih dan mulus” Ucapnya tanpa berkedip. “Cepat Pak selesaikan…” Pinta-ku yang sekuat tenaga menahan rasa malu dan jantungku yang terus berdebar kencang. Pak Simon pun mendekatkan tubuhnya di sampingku, dan mengecup bibirku. Setelah memberikan kecupan singkat dibibirku. Pak simon langsung membenamkan kepalanya di sela payudaraku yang masih terutup BH putih. Membuatu merasa kan sensasi geli, ketika bulu kasar di wajah pak Simon menusuk-nusuk kulit payudara-ku. Sementara aku memutuskan untuk menutup kedua mataku, karena tidak kuasa menilhat tubuh-ku dicumbu oleh pria lain selain suamiku. Sambil meremas erat seprei tempat tidur, aku berusaha mengontrol diri ku, Karena kini aku mulai merasakan kecupan Pak Simon yang terus turun dari Payudara hingga kini di perut-ku. Aku yang tak kuasa menahan geli mulai menggeliat-kan tubuhku sambil tetap memejamkan mata. Dan jantung-ku pun semakin berdebar kencang saat merasakan ciuman Pak Simon kini mulai mengarah dan terus turun ke pangkal paha-ku. Setelah sampai tepat di vagina-ku. AKu pun dapat mendengar suara endusan Pak Simon yang menghirup nafas dalam-dalam menikmati aroma vagina-ku yang sepertinya mulai basah. “Punya kamu wangi sekali Rin.. “ Ujar Pak Simon sambil sesekali memberikan kecupan tepat di atas vagina-ku yang masih tertutup calana dalam tipis. Sampai tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang basah mullai menggelitik tepat di vagina-ku yang tertutup celana dalam tipis, Dan bisa aku tebak itu adalah lidah Pak Simon. Menerima rasa geli tersebut aku pun refleks menjepit kepala Pak Simon dengan kedua pahaku, agar menghentikan gerakan lidahnya yang semakin terasa geli bercampur nikmat. Dengan perlahan aku dapat merasakan kedua tangan gemuk Pak simon meraih pinggiran celana dalam-ku. Mengerti apa yang akan dia lakukan aku pun mulai meringis sambil terpejam, dengan kedua tanganku semakin kuat meremas seprai. Perlahan-lahan aku pun mulai merasakan celana dalam-ku terus turun melewati kakiku. Rasa dingin udara AC kamar pun mulai terasa membelai vagina-ku yang basah. Dan setelah berhasi meloloskan celana dalam-ku. Pak Simon langsung menekuk kakiku dan membuatnya mengangkang. Walaupun dengan mata terpejam, aku tahu persis kalau kini vagina-ku yang ditumbuhi bulu lebat telah terpampang jelas di hadapan Pak Simon. Dengan segenap hati aku pun mempersiapkan diri-ku untuk menerima apa yang akan Pak Simon lakukan dengan vagina-ku. Sampai cukup lama aku merasakan dinginnya Ac di vagina-ku, namun belum ada pergerakan dari Pak Simon. Karena merasa heran aku pun mencoba perlahan-lahan membuka mata-ku untuk melihat posisi Pak Simon. Alangkah terkejutnya aku, ketika melihat Pak Simon yang ternyata baru saja melepaskan celana dalam, yang menjadi satu-satunya pakaian terakhir ditubuhnya. Kini Aku pun Dapat melihat tubuh Gemuk Pak Simon telah telanjang bulat. Di antara lipatan perut dan pahanya, aku dapat melihat penis Pak Simon yang terlihat ereksi maksimal namun masih jauh lebih kecil dibandingkan kepunyaan suamiku. Dengan perlahan aku melihat Pak Simon mengarahkan penisnya ke depan bibir vagina-ku yang kini terpampang jelas karena posisiku yang mengangkan. “Pak.. Saya mohon, Hanya digesek saja.. tidak lebih” Pinta-ku yang panik ketika melihat penis kecil Pak Simon semakin mendekati vagina-ku. Pak Simon pun hanya membalas dengan anggukan kepala dan tatapan tajam kea rah-ku. Aku pun kembali memejamkan mata-ku menunggu sentuhan penis Pak Simon di vagina-ku. Sampai tiba-tiba aku merasakan sentuhan di vagina-ku yang tentu saja itu adalah penis Pak Simon. Dengan lihai ia mulai menggesek seluruh celah vagina-ku, bahkan tanpa sadar desahan mulai keluar dari mulutku. Aku yang mulai menikmati gesekan penis Pak Simon, sudah tidak memperdulikan lagi saat merasakan kepala penis Pak Simon sesekali hampir masuk kedalam lubang vagina-ku. Bahkan tubuhku mulai merespon dengan menggeliat-geliat merasakan sentuhan penis Pak Simon di vaginaku. “Rin…?” Panggil Pak Simon sambil tetap menggesek penisnya di permukaan vagina-ku. “AHh.. iya Pak.. bapak sudah mau keluar?” Jawab-ku lirih karena menikmati gesekan tersebut. “Belum Rin.. saya ingin merasakan jepitan milikmu…” Ujar Pak Simon diselingi nafas yang memburu. “Ri..ririn juga mau pak, tapi Saya tidak ingin menghianati kepercayaan yang di berikan suami saya..”jawab-ku yang sudah dilanda birahi “Sudah terlambat Rin.. kita sudah sampai sejauh ini.. Dan lagi saya jamin, ini sama sekali tidak akakn merusak rumah tanggamu..” Rayu Pak Simon sambil mulai menusuk-nusukan penisnya di lubang vagina-ku. Sementara aku diam dan mencoba berfikir, Aku dapat merasakan penis Pak Simon terus bergerak masuk kedalam vaginaku. Memberikan berjuta rasa nikmat di setiap permukaan dinding vaginaku. “Rin.. bagainama…boleh saya?” Tanya Pak Simon lagi “Bagaimana apanya pak.. punya bapak sudah masuk.. mau bagaimana lagi..”Jawab-ku yang hanya bisa pasrah. Mendengar jawaban ku, Pak Simon hanya tersenyum dan mulai menggerakan penisnya di dalam vagina-ku. Aku yang sudah terjebak sampai sejauh ini pun mulai mencoba menikmati bersetubuhan terlarang ini. Dengan tanpa ragu-ragu lagi desahan dan jeritan mulai keluar dari mulutku, mengiringi hentakan penis Pak Simon yang semakin bernafsu. Tangan gemuk Pak Simon pun mulai menggapai tali Bh-ku..” Boleh saya lihat tubuh indahmu sutuhnya Rin” Dengan cepat aku pun mengerti kalai dia ingin aku melepas BH yang kini menjadi satu-satunya penutup tubuhku. Setelah memberi respon dengan anggukan, aku pun mulai meraih pengait Bh di pundaku. Dengan perlahan aku pun mulai melepaskan Bh-ku. Membuat Pak Simon terlihat begitu terpesona menatap ke arah payudaraku yang kini terpampang bebas di hadapannya. Sementara rasa malu karena bertelanjang bulat di depan atasan-ku, malah membuat vagina-ku semakin basah. “Payudara kamu indah sekali Rin” Racu Pak Simon menatap kagum kea rah tubuh telanjang-ku yang selalu tertutup. Dengan ganas Pak Simon langsung menghisap putting kecoklatan-ku yang menyembul diantara payudara-ku. Lidah kasar dan basah Pak Simon mulai menggelitik kulit putingku yang terasa semakin sensitif. “awhhh… pak…yang satunya juga” Ujarku sambil menyodorkan payudaraku yang satunya. Tentu saja Pak Simon langsung merespon dengan berpindah menghisap putting-ku yang satunya. Membuatku tidak kuasa menahan rasa geli bercampurnikmat, hingga tanpa sadar kedua tangan-ku menjambak rambut Pak Simon agar dia lebih lama bermain dengan putingku. Aku pun tak kuasa lagi menahan orgasmeku, “AAAHHHKKKhhh…PAK..aku..aku..aahhhkkkkhh” Jeritku merasakan gelombang orgasme yang begitu nikmat. Sementara Pak Simon pun malah mempercepat kocokan penisnya di vaginaku yang terasa sensitif setelah orgasme. Dan “Croootttt….crooottt…crooottt…” Aku pun merasakan beberapa semburan hangat di dinding vagina-ku. Setelah mengalami orgasme, tiba-tiba tubuh Pak simon yang penuh dengan keringat ambruk ke atas ubuh-ku. Dengan perlahan penisnya yang semakin mengecil, terlepas dari jepitan vagina-ku. Diikuti lelehan seperma yang mengalir keluar dari dalam lubang vaginaku. Setelah kembali mengatur nafas kami, Aku pun merangkul lengan gemuk Pak Simon dan mendekapnya diantara sela payudaraku yang basah oleh keringat. Dengan sayu aku pandangi wajah penuh kepuasan dari atasanku itu. Dengan lembut Pak Simon mulai mengusap rambutku yang selalu tertutup hijab, “terima kasih Rin..Sudah mau mengerti..” Ucap Pak Simon diikuti kecupan di dahiku. Entah mengapa aku mulai meraih penis Pak Simon yang kini hanya sebesar Ibu jari. “Pak.. Ririn sayan sama Bapak… “ Ucap-ku sambil membelai penis kecil Pak Simon. “Saya juga sayang sama kamu Rin..” Lengan Pak Simon sungguh terasa empuk dan hangat di pelukan-ku, membuatku merasa nyaman dan mulai tertidur . Biarlah apa yang akan terjadi nantinya, aku hanya ingin menikmati kenyamanan yang aku rasakan saat ini. |
Categories
All
Archives
November 2018
|